Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) kedatangan dua emiten baru pada Jumat (6/10). Mereka adalah PT Kokoh Exa Nusantara Tbk (KOCI) dan PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF). Keduanya menjadi emiten ke-67 dan ke-68 yang melantai di BEI sepanjang tahun ini.
Meski listing di hari yang sama, tapi KOCI dan IOTF punya nasib berbeda. KOCI menutup debut dengan muram, ambles 30% ke posisi Rp 84 per saham. Sebaliknya, IOTF tampil cemerlang dengan lonjakan 35% atau menembus level auto rejection atas (ARA) ke harga Rp 135 per saham.
Dalam aksi Initial Public Offering (IPO) ini, KOCI melepas 450 juta saham kepada publik dengan harga Rp 120 per saham. Dus, emiten konstruksi dan real estate dari Bangkalan - Jawa Timur ini mengantongi dana segar sebesar Rp 54 miliar.
Direktur Utama KOCI Kan Eddy menyampaikan sekitar 64,51% dari dana IPO akan dialokasikan sebagai belanja modal (capex), terutama untuk pelunasan pembelian tanah seluas 25,53 hektare. Kemudian 35,49% sisanya akan dipakai sebagai modal kerja.
Baca Juga: Banyak Peminat, IPO Barito Renewables Energy (BREN) Oversubscribed 135,2 Kali
KOCI sedang mengembangkan kawasan hunian dengan konsep kota mandiri bernama Kokoh City, yang berlokasi di kawasan Gerbang Kertasusila. Selain menyediakan type non-subsidi, Kokoh City juga melayani Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dengan produk rumah subsidi.
KOCI telah mendapatkan izin Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) atau izin lokasi seluas 300 hektare. "Kami fokus pada pengembangan Kokoh City dengan mengakuisisi lahan dan fokus pada program surplus lahan setiap tahun," kata Eddy dihubungi pada Jumat (6/10).
Saat masa penawaran, imbuh Eddy, saham KOCI mendapatkan kelebihan permintaan atau oversubscribed sebanyak 30,11 kali. Soal kinerja, Eddy memproyeksikan KOCI bisa mencapai pertumbuhan profit 10% pada tahun ini. "Sampai kuartal III masih on track," imbuh Eddy.
Baca Juga: Listing Senin (9/10), IPO Pulau Subur (PTPS) Oversubscribed 19,53 Kali
Sementara itu, IOTF melepas sebanyak 1,1 miliar saham ke publik. Dengan harga penawaran Rp 100 per saham, perusahaan perangkat Global Positioning System (GPS) tracker dengan merek Fox Logger ini mengantongi dana sebesar Rp 110 miliar.
Dana yang diperoleh akan dipakai sebagai modal kerja untuk pembelian persediaan perangkat GPS tracker. Direktur Utama Sumber Sinergi Makmur Alamsyah Cheung menyampaikan saham IOTF mengalami oversubscribed sebanyak 5,6 kali saat masa penawaran umum.
Selepas IPO, Alamsyah optimistis pendapatan dan laba bersih IOTF tahun ini bisa terdongkrak hingga 50% dibandingkan tahun lalu. "Sampai saat ini kami masih dalam jalur target," ujar Alamsyah.
IOTF bakal menggenjot bisnis distributor dan instalasi perangkat GPS trackter untuk otomotif dan logistik. Alamsyah bilang, bisnis IOTF sejalan dengan Peraturan Kementerian Perhubungan No.60 Tahun 2019 yang mewajibkan truk dan bus menginstalasi GPS tracker. "Kami masih menyasar perusahaan logistik dan rental kendaraan," ungkap Alamsyah.
Selain itu, saat ini IOTF juga mengembangkan produk AI (Artificial Intelligence) di bidang kesehatan kendaraan. "Produk ini telah diluncurkan dan akan terus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan,” tambah Alamsyah.
Baca Juga: Mengupas IPO Agro Bahari Nusantara (UDNG), Lebih Menarik dari PMMP Milik Kaesang?
Batasi Risiko di Saham IPO
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengamati prospek KOCI dan IOTF cukup menarik. Apalagi dengan alokasi penggunaan dana IPO untuk keperluan belanja modal dan modal kerja.
Hanya saja, menjadi hal yang lumrah jika gerak saham emiten baru berbeda arah di hari perdananya. Faktornya bervariasi. Tapi Fajar menyoroti saham-saham dengan skala emisi dan market caps menengah-kecil akan lebih rawan terpapar volatilitas pasar.
Sehingga, pergerakan sahamnya lebih sulit untuk diprediksi, apalagi di tengah volatilitas pasar saat ini. Saran Fajar, sebaiknya pelaku pasar wait and see terlebih dulu. Kemudian, batasi risiko.
Jika sudah naik tinggi, apalagi mencapai level ARA, bisa dipertimbangkan profit taking sebagian. "Lebih baik menerapkan strategi hit and run untuk saham-saham IPO di kondisi pasar saat ini," tandas Fajar.
Hingga Jumat (6/10), jumlah emiten baru di BEI telah mencapai 68, sudah jauh melebihi IPO tahun lalu yang berjumlah 57 perusahaan. Pendatang baru BEI akan terus bertambah, yang mana sejauh ini sudah ada enam calon emiten dalam antrean.
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Pulau Subur TBK (PTPS) dijadwalkan listing pada Senin (9/10). PT Lovina Beach Brewery Tbk (STRK) siap melantai pada Selasa (10/10), PT Logisticsplus International Tbk (LOPI) dan PT Koka Indonesia Tbk (KOKA) sedang di tahap offering, serta PT Agro Bahari Nusantara Tbk (UDNG) masuk periode book building.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News