kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Beberapa Bank AS Kolaps, Dolar AS Masih Jadi Mata Uang Safe Haven


Selasa, 21 Maret 2023 / 19:53 WIB
Beberapa Bank AS Kolaps, Dolar AS Masih Jadi Mata Uang Safe Haven
ILUSTRASI. Runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) dan beberapa bank global tidak begitu menggeser posisi dolar Amerika Serikat (AS) sebagai mata uang paling populer.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) dan beberapa bank global tidak begitu menggeser posisi dolar Amerika Serikat (AS) sebagai mata uang paling populer. Dolar AS masih cukup tangguh yang ditopang oleh sistem finansial dan politik AS tersebut.

Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong melihat bahwa dolar AS masih akan menjadi safe haven asset atau aset yang memiliki lindung nilai utama karena statusnya sebagai mata uang cadangan terbesar di dunia. Dolar AS unggul dengan likuiditasnya sebagai mata uang yang paling banyak digunakan di seluruh dunia, serta didukung pula status AS sebagai negara dengan ekonomi dan militer nomer 1 di dunia.

Lukman mencermati dolar AS, disusul dengan CHF dan JPY akan tetap menjadi mata uang pilihan, terutama dikala situasi tidak menentu seperti kolapsnya berbagai perbankan global saat ini. Hal itu karena ekonomi negara-negara tersebut diperkirakan bakal tumbuh kuat.

Baca Juga: Rupiah Menguat Selasa (21/3), Ini Prediksi untuk Jumat (24/3)

Hanya saja, ketidakpastian kebijakan bank sentral Bank of Japan (BoJ) yang longgar telah membuat status Yen menjadi kurang menarik investor. Sedangkan CHF tengah alami tekanan karena salah satu bank Swiss yakni Credit Suisse alami masalah, walaupun hal ini tidak akan membuat investor berpaling dari CHF.

Dari sisi imbal hasil, dolar AS akan tetap menawarkan imbal hasil paling tinggi. Sementara, imbal hasil CHF dan JPY  pada umumnya rendah dan malah negatif. Tetapi, imbal hasil CHF telah positif dan tetap akan positif ke depannya, sedangkan JPY masih negatif dan tetap akan negatif ke depannya atau paling mungkin hanya bergerak naik ke level 0%.

Selain itu, Lukman menilai, AS masih sangat susah di geser dari sisi kekuatan ekonomi dan militer. China kemungkinan bisa menggeser AS sebagai ekonomi terbesar di dunia, namun likuiditas dan penggunaan yuan masih relatif jauh lebih kecil daripada USD.

“Mata uang yang diminati masih tetap USD, dengan CHF dan JPY sebagai alternatif mata uang safe haven. Secara tradisi ketiganya adalah mata uang safe haven, sebagai negara maju dengan stabilitas sistem finansial dan politik,” ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Selasa (21/3).

Baca Juga: Perkasa, Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 15.345 Per Dolar AS Pada Hari Ini (21/3)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×