Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga obligasi Indonesia mendaki pada transaksi perdagangan hari ini (24/11). Kondisi ini turut menekan tingkat yield obligasi berjangka waktu 10 tahun ke level terendahnya dalam satu tahun terakhir.
Mengutip data Inter Dealer Market Association, pada pukul 09.33 WIB, tingkat yield obligasi berkupon 8,375% yang jatuh tempo Maret 2024 turun empat basis poin menjadi 7,76%. Ini merupakan level terendah sejak 1 November 2013. Jika dikalkulasikan, tingkat yield tersebut sudah turun sebesar 28 poin dalam sebulan terakhir.
Penurunan tingkat yield terjadi setelah dana asing kembali menempatkan dananya pada obligasi. Spekulasi yang beredar, pemangkasan subsidi bahan bakar minyak akan mengerek tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan data terakhir Kementerian Keuangan Indonesia, dana asing yang masuk ke pasar obligasi berbasis rupiah dalam empat hari pertama pada pekan lalu mencapai Rp 1,25 triliun atau US$ 1 miliar.
"Cukup mengejutkan melihat reli yang cukup kuat pada harga obligasi mengingat tingkat inflasi juga akan naik dalam jangka pendek. Namun, dana asing berharap, hasil dari pemangkasan subsidi BBM akan memperbaiki posisi neraca perdagangan, kualitas pertumbuhan ekonomi, serta adanya kemungkinan revisi peringkat negara oleh sejumlah rating agencies," jelas Dini Agmivia Anggareni, fixed income analyst PT Trimegah Securities di Jakarta.
Sekadar tambahan informasi, pada 19 November lalu, Moody's Investor Service mengatakan bahwa kenaikan harga BBM memberikan dampak positif bagi rating Indonesia karena menunjukkan komitmen Indonesia dalam melakukan reformasi ekonomi. Selain itu, pemangkasan subsidi dinilai dapat menurunkan nilai defisit neraca perdagangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News