Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kenaikan harga BBM subsidi membuat banyak perusahaan ikut menaikkan harga jual produknya. Namun tidak demikian dengan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Emiten berkode saham CPIN ini belum memiliki rencana untuk menaikkan harga jual produknya.
Pasalnya, kegiatan angkutan di lini bisnis CPIN telah menggunakan BBM non subsidi. "Kuncinya, justru pada kestabilan nilai tukar kurs rupiah terhadap dolar AS," imbuh Direktur Keuangan Ong Mei Sian, (20/11).
Maklum saja, masih ada sejumlah raw material untuk kebutuhan produksi CPIN yang didatangkan dari luar negeri. Sehingga, selama nilai kurs stabil, maka CPIN belum memiliki untuk menaikkan harga jual barang produksinya.
CPIN memang terbilang sensitif dengan pergerakan nilai tukar. Berdasarkan laporan keuangan CPIN kuartal III-2014, setiap ada penguatan kurs dolar AS terhadap rupiah sebesar 1%, maka laba sebelum pajak CPIN akan tergerus Rp 31,62 miliar.
Begitu pula sebaliknya. Jika kurs dolar AS melemah terhadap rupiah sebesar 1%, maka laba sebelum pajak CPIN akan surplus Rp 31,62 miliar.
Untuk catatan, biaya pengangkutan barang produksi CPIN pada kuartal III-2014 naik menjadi Rp 53,26 miliar, dari sebelumnya Rp 37,67 miliar. Biaya pengangkutan tersebut setara dengan 14% dari total beban penjualan CPIN sebesar Rp 377,04 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News