Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Sentimen dari China mendorong laju harga batubara. Hingga akhir tahun ini, harga komoditas batubara diproyeksi menembus level US$ 100 per metrik ton.
Jumat (11/8) lalu, kontrak pengiriman batubara bulan Oktober di ICE Futures Exchange ditutup di angka US$ 90,85 per metrik ton, naik 0,50% dari penutupan sebelumnya. Ini harga tertinggi setidaknya sejak November 2013.
"Untuk kontrak ICE bisa tembus US$ 100," proyeksi Direktur Garuda Berjangka, Ibrahim, Senin (14/8).
Ibrahim menjelaskan, sejumlah data ekonomi China yang bagus, dan cuaca ekstrem yang melanda Negeri Tirai Bambu menjadi sentimen positif terhadap harga batubara. Pasalnya, hujan, banjir dan gempa bumi berimbas pada produksi batubara.
Tak hanya itu, inspeksi yang dilakukan pemerintah China pada sejumlah tambang ikut mempengaruhi pergerakan pasokan.
"Sama seperti di Indonesia, banyak perusahaan tambang China yang terbentur masalah Izin Usaha Penambangan (IUP), reformasi tambang 2016 di China salah satu tujuannya untuk membantu pengusaha tambang membayar pajak ke bank," jelas Ibrahim.
Reformasi yang dimaksud adalah National Development and Reform Commission (NDRC) China di mana pemerintah menurunkan produksi hari kerja tambang dari 330 hari per tahun menjadi 276 hari per tahun. Namun melihat permintaan dan harga yang terus menaik, produksi batubara dinaikkan untuk menopang permintaan yang kian meninggi.
Mengutip rilis Biro Statistik China, produksi batubara dilaporkan meningkat 8,5% year on year menjadi 294,38 juta ton pada Juli 2017. Namun output batubara ini tergelincir dari level tertinggi 19 bulan akibat inspeksi tambang. Produksi bulan Juli turun 7,6% menjadi 9,5 juta ton per hari.
Selain isu pajak, China juga memperhatikan kondisi dampak lingkungan pertambangan batubara dan ingin menciptakan lingkungan kerja yang lebih bersahabat dengan alam. Sejumlah tambang lama yang tidak efisien dan melanggar regulasi akan ditutup.
Menurut National Energy Administration, hingga Juli, China telah menutup lima tambang batubara dan hingga akhir tahun akan menutup tujuh tambang di Provinsi Heilongjiang. Melihat tren penutupan tambang dan gangguan produksi, Ibrahim yakin, harga batubara akan terus naik dalam jangka panjang.
Secara teknikal, Ibrahim melihat grafik moving average (MA) berada 20% di atas bollinger band, stochastic dan MACD 65% di area negatif, sedangkan RSI menunjukan tren wait and see.
Prediksi Ibrahim, Selasa, batubara akan bergerak antara US$ 89,10-US$ 91,00 per metrik ton. Sepekan, harganya berkisar US$ 88,35-US$ 93,50 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News