Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menurunkan target EBITDA tahun ini menyusul pasar batubara yang belum jua bergairah. Garibaldi Thohir, Direktur Utama Adaro Energy mengatakan, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) tahun ini diperkirakan hanya bisa tercapai US$ 750 juta - US$ 900 juta.
Sebelumnya, manajemen menargetkan EBITDA pada kisaran US$ 850 juta sampai US$ 1 miliar. Penurunan target dibuat setelah realisasi kinerja ADRO hingga September 2013 ambruk. Hingga akhir kuartal III-2013, EBITDA perseroan sebesar US$ 626 juta atau turun 31% year-on-year (yoy).
Laba bersih emiten batubara ini merosot sampai dengan 52,16% menjadi US$ 183,7 juta. Salah satu penyebab utama adalah, turunnya pendapatan usaha perseroan dari US$ 2,75 miliar menjadi US$ 2,43 miliar.
Hal ini tak lepas dari akibat melempemnya harga batubara global. "Harga jual rata-rata (ASP) mengalami penurunan sebesar 20%," ujar Garibaldi atau yang akrab disapa Boy Thohir dalam pernyataan resminya.
Namun, perseroan tidak melakukan revisi terhadap target produksi tahun ini yang berkisar 50 juta ton-53 juta ton. Pasalnya volume produksi batubara Adaro pada sembilan bulan pertama 2013 naik 14% menjadi 38,67 juta ton.
Begitu pula dengan volume penjualan yang meningkat 13% menjadi 39,11 juta ton. Di tengah kondisi pasar batubara yang tidak kondusif seperti ini, manajemen Adaro pun mengerem aktivitas ekspansinya.
Hal ini tercermin dari penurunan nilai pembelian aset tetap sebesar 75% menjadi hanya US$ 103 juta. Adapun, penyerapan belanja modal (capex) hingga akhir September 2013 sebesar US$ 120. Juta. Tahun ini, Adaro menganggarkan sekitar US$ 150 juta hingga US$ 200 juta untuk belanja modal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News