kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   16.000   0,85%
  • USD/IDR 16.193   -67,00   -0,41%
  • IDX 6.937   9,59   0,14%
  • KOMPAS100 1.010   2,01   0,20%
  • LQ45 773   0,37   0,05%
  • ISSI 227   0,59   0,26%
  • IDX30 398   -0,76   -0,19%
  • IDXHIDIV20 461   -1,18   -0,26%
  • IDX80 113   0,17   0,15%
  • IDXV30 114   -0,41   -0,36%
  • IDXQ30 129   -0,35   -0,27%

Batik Kian Diakui Sebagai Aset Mewah yang Berharga


Sabtu, 11 Maret 2023 / 06:13 WIB
Batik Kian Diakui Sebagai Aset Mewah yang Berharga
ILUSTRASI. Rumah Produksi Batik Sekar Idaman Ibu-ibu melakukan proses pemberian lilin pada kain saat pembuatan batik tulis di rumah produksi batik Sekar


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak hanya cantik untuk dipakai sebagai penunjang penampilan, batik pun memiliki valuasi tinggi sebagai aset investasi yang menguntungkan.

Perusahaan Digital Marketplace untuk alternatif investasi di Asia Tenggara, Alta, baru saja bekerja sama dengan perusahaan fesyen mewah asal Indonesia, yaitu Iwan Tirta Private Collection, guna menghadirkan batik ke dunia alternatif investasi dalam bentuk aset digital.

Radith Soeriadinata, Country Director Alta for Indonesia mengungkapkan bahwa permintaan akan aset alternatif, terutama aset mewah, meroket selama beberapa tahun terakhir.

“Kemitraan kami dengan Iwan Tirta adalah langkah kuat ke arah ini (aset mewah)," kata Radith saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (10/3).

Mengutip finewsasia, Jumat (10/3), Kelvin Lee, Co-founder dan CEO Alta menyebutkan bahwa sebenarnya tekstil Jawa sudah dikenal sebagai barang mewah. Namun posisinya sebagai investasi mewah belum begitu dieksplorasi.

“Batik lukis tangan semakin diakui sebagai aset mewah yang berharga, mencapai pengakuan internasional melalui kolaborasi profil tinggi yang membawa batik ke garis depan dunia mode dan tekstil,” kata CEO Iwan Tirta Widiyana Sudirman dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Sepanjang 2022, Kinerja Ekspor Produk Kerajinan Nasional Mencapai US$949 juta

Kain batik tulis sebagai aset invetasi sudah disadari oleh banyak pihak. Hal itu membuat ekosistem penggemar, kolektor, dan investor batik terjaga.

Desainer dan Penggemar Batik Wignyo Rahadi mengatakan, ekosistem investasi batik akan selalu ada, bagaimanapun nanti bentuknya.

“Kain batik tulis yang eksklusif tentu akan selalu menarik bagi para penggemar, kolektor, dan investor wastra Indonesia,” ujarnya saat ditemui Kontan, Selasa (7/3).

Wignyo mengatakan, sudah mulai mengkoleksi batik sejak tahun 2004. Wignyo mengaku, mempunyai hampir 200 wastra Indonesia, termasuk batik tulis. Koleksi batik tulis tertua yang dimiliki Wignyo dibuat pada tahun 1940 oleh Oey Soe Tjoen.

Saat itu, Wignyo ditawari oleh salah satu temannya untuk mengadopsi kain batik tulis itu, karena sudah tak sanggup merawat.

“Kain itu dimiliki turun temurun. Namun, teman saya ini sudah tak bisa merawatnya, sehingga ditawarkan ke saya. Kain itu saya adopsi dengan harga sekitar Rp 15 juta,” ungkapnya.

Menurut Wignyo, Rp 15 juta untuk satu kain batik tulis lama masih sangat wajar. Bahkan, banyak kain batik yang memiliki harga lebih dari itu.

Namun, Wignyo mengakui valuasi setiap kain batik berbeda-beda, bahkan cenderung subjektif dan personal.

“Jika saya suka, belum tentu orang lain suka. Begitu pun sebaliknya. Valuasi kain akhirnya kembali ke orang yang ingin mengadopsi kain batik itu, tidak ada harga pasti,” paparya.

Setidaknya ada tiga alasan mengapa kain batik tulis bisa makin mahal seiring waktu berjalan. Pertama, nilai sejarah dan filosofi dari kain batik itu.

“Bagaimana batik itu dibuat atau bagaimana motif kain batik itu bisa lahir. Itu merupakan bagian dari nilai sejarah yang membuat nilai kain batik menjadi tinggi,” ujarnya.

Kedua, nama pembatik. Jika pembatinya terkenal, sudah pasti harga kain batik itu akan mahal. Ketiga, nilai estetika, seperti warna dan motif.

“Terkadang, motif dan warna itu tak akan bisa didapatkan lagi jika kainnya direvitalisasi. Batik tulis juga biasanya lebih otentik, karena dulu dibuat untuk kalangan sendiri, bukan untuk dijual,” paparnya.

Wignyo pun melakukan sejumlah langkah agar koleksi batiknya tetap terjaga, seperti membuka lemari tiap seminggu sekali. Kain batik lalu dikeluarkan, lalu lemari disemprot disinfektan.

Hal itu dilakukan agar lemari bebas rayap dan kain batik tidak lapuk atau lembab. Idealnya juga, kata Wignyo, kain batik harus dijemur atau diangin-anginkan agar makin awet.

Baca Juga: 4 Jenis Kain Tradisional Indonesia Ini Cocok Dipakai Buat Perayaan Kemerdekaan

“Pastikan juga kain selalu bersih, karena kain batik bisa rusak jika terkena bahan tertentu, seperti minyak. Namun, tak perlu sampai dicuci,” tuturnya.

Pengrajin Batik Ratna S Wulandari mengatakan, keunikan kain batik membuat karya seni itu sangat ideal menjadi aset investasi.

Ratna menuturkan, tak perlu waktu lama sebenarnya untuk memperoleh keuntungan dari investasi batik, asalkan paham keunikan karya seni itu.

“Saya pernah membeli kain batik bermotif menarik di pasar loak yang kondisinya masih bagus dengan harga Rp 50 ribu. Saya bersihkan dan beri perawatan, lalu saya jual ke kolektor dan laku Rp 6 juta,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (10/3).

Terkait inovasi batik sebagai instrumen investasi digital, Ratna mengatakan penilaiannya akan berbeda dengan koleksi kain batik tulis.

Menurut Ratna, keotentikan seni batik tulis dalam bentuk digital dan fisik sangat berbeda. Selain itu, dari segi perawatan pun sangat berbeda.

“Namun, seiring perkembangan zaman, saya yakin segala sesuatunya akan bergeser. Sehingga, akan ada juga pergeseran nilai dari sebuah seni dan tolok ukurnya,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×