Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PP Tbk (PTPP) membukukan kontrak baru senilai Rp 10,5 triliun sampai dengan akhir Agustus 2021. Jumlah ini setara dengan 35% dibanding target kontrak baru sepanjang tahun 2021 yang sebesar Rp 30 triliun.
Melihat realisasi ini, Direktur Utama PTPP Novel Arsyad mengatakan, pihaknya akan mengevaluasi kembali target kontrak baru tersebut. Untuk itu, PTPP akan menelaah kembali proyek-proyek sasarannya ke depan, baik yang sudah dalam proses tender maupun proyek-proyek yang baru akan memasuki proses tender.
Dari telaah ini, PTPP akan dapat memperkirakan, mana saja proyek yang memang potensial untuk mencapai kesepakatan pada tahun ini sehingga bisa tercatat sebagai kontrak baru. Hasil evaluasi ini ditargetkan selesai pada akhir September 2021.
"Apabila tender-tender ini masih berjalan, tentu target tersebut masih dapat kami capai. Akan tetapi, bila beberapa proyek ada kemunduran waktu, maka perkiraan kami, nilai kontrak baru hanya mencapai 85% dari target awal," kata Novel saat konferensi pers dalam acara Public Expose Live 2021 secara virtual, Kamis (9/9).
Baca Juga: PTPP bukukan pendapatan sebesar Rp 6,5 triliun sepanjang semester I-2021
Direktur Operasi Bidang Infrastruktur PTPP Yul Ari Pramuraharjo menambahkan, selain menyasar proyek-proyek pemerintah yang dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta proyek Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PTPP juga mengincar sejumlah proyek di luar negeri.
Dua diantaranya adalah proyek commuter railway di Filipina dan Rumah Indonesia di Mekkah, Arab Saudi. "Untuk commuter railway, kami saat ini memiliki penawaran terendah dengan nilai totalnya sekitar Rp 1,6 triliun, sementara porsi PTPP sekitar Rp 300 miliar. Untuk Rumah Indonesia di Mekkah masih dalam proses evaluasi tapi mungkin nilainya di atas Rp 1 triliun," tutur Yul.
Soal alokasi belanja modal alias capital expenditure (capex) tahun 2021, PTPP awalnya menyiapkan anggaran Rp 6,2 triliun. Akan tetapi, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PTPP Agus Purbianto mengestimasi, serapan capex hingga akhir tahun hanya sebesar Rp 2,22 triliun.
Pasalnya, ada beberapa rencana belanja modal yang mengalami kemunduran. Sebagai contoh, proyek Tol Semarang-Demak yang waktu pengerjaannya mundur seiring dengan keterlambatan dimulainya seksi 1. Kemudian, di sektor properti dan residential terjadi keterlambatan pembangunan di Tana Mori Labuan Bajo dan KEK Bitung.
Selanjutnya, untuk sektor infrastruktur di luar tol, terjadi kemunduran pelaksanaan pada proyek pengembangan Bali Utara, kawasan industri Subang, dan SPAM Juanda. Beberapa proyek anak usaha PTPP juga melakukan penyesuaian dengan kondisi dan lingkungan bisnis yang ada.
Selanjutnya: PTPP: PP Presisi akan rights issue dan PP Infrastruktur bakal gelar IPO
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News