Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
Di sisi lain, pendapatan BRPT dari segmen energi tumbuh sebesar 4,2% yoy menjadi US$ 394 juta yang umumnya disebabkan oleh produksi listrik dan uap yang lebih tinggi dari lebih rendahnya pemadaman yang direncanakan/tidak direncanakan pada tahun 2020 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019.
Adapun terlepas dari tekanan yang dialami akibat pandemi Covid-19, ketiga aset milik Star Energy yang beroperasi, yaitu Wayang Windu, Salak dan Darajat terus meberhasil mempertahankan tingkat kapasitas lebih dari 90%.
David mengatakan di masa pandemi ini semua unit usaha operasional BRPT berjalan lancar dan tetap mampu menjelakan rencana yang sudah ditetapkan, sebegai contoh anak usahanya TPIA mamu menyelesaikan pabrik MTBE dan Butene-1.
Baca Juga: Para CEO ini pilih di rumah saja saat libur panjang
Penyelesaian kedua pabrik tersebut menambahkan total kapasitas produksi TPIA menjadi 4,2 MTA dan menandai suksesnya pelaksanaan dan penyelesaian Rencana Induk Penyatuan TPIA tahun 2019-2020.
Selain itu, TPIA juga menyelesaikan Enclosed Ground Flare sebagai bagian dari komitmen untuk mengurangi jejak karbon dan pemeliharaan yang lebih baik.
"Pada intinya kami cukup puas dengan kinerja di kuartal III 2020 dan mengharapkan tren ini bisa terus berlanjut hingga akhir tahun," kata David.
Sampai dengan 30 September 2020, David menyatakan belanja modal yang sudah diserap BRPT senilai US$ 120 juta yang mayoritas digunakan untuk penyelesaian kedua pabrik petrokimia dan sisanya untuk capex reguler.
Selanjutnya: Hingga kuartal ketiga, Chandra Asri (TPIA) menyerap belanja modal US$ 102,9 juta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News