CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Barito (BRPT) & Chandra Asri (TPIA) menopang industri dasar dan kimia tahun ini


Senin, 30 Desember 2019 / 15:46 WIB
Barito (BRPT) & Chandra Asri (TPIA) menopang industri dasar dan kimia tahun ini
ILUSTRASI. Pekerja melakukan monitoring pembangunan pabrik Polyethylene (PE) baru berkapasitas 400 ribu ton per tahun di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) di Cilegon, Banten, Selasa, (18/6/2019). Sejak awal tahun hingga akhir pekan


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun berjalan, sektor industri dasar dan kimia memimpin pasar. Hingga Jumat (27/12), indeks sektor tersebut tumbuh mencapai 16,29% year to date (ytd).

"Industri dasar karena tertolong oleh Barito Pacific (BRPT) dan Chandra Asri (TPIA)," jelas analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony, Senin (30/12).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham BRPT tumbuh 214,9% ytd menjadi Rp 1.505, TPIA tumbuh 75,9% ytd menjadi Rp 10.425.

Baca Juga: Sektor-sektor yang mendorong sekaligus menahan laju IHSG sepanjang tahun

Seperti diketahui, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) terus melakukan ekspansi. Beberapa waktu lalu, TPIA baru saja meresmikan pengoperasian pabrik baru polyethlene senilai US$ 380 juta atau setara Rp 5,3 triliun.

TPIA juga berencana membangun kompleks pabrik baru dengan nilai investasi US$ 5 miliar atau sekitar Rp 70 triliun. Demi pembangunan tersebut, TPIA tengah mencari investor strategis untuk masuk ke anak usahanya yaitu Chandra Asri Perkasa. Sebagai sumber alternatif pendanaan lain, TPIA akan menggelar rights issue sebanyak-banyaknya 7,17 miliar saham dengan nilai nominal Rp 200 per saham.

Di sisi lain, justru sektor barang konsumer menjadi penekan laju IHSG. Sektor ini tertekan 19,45% ytd. Chris menjelaskan penurunan ini disebabkan oleh persaingan barang konsumer yang mulai datang dari luar negeri. Hal ini membuat pendapatan emiten di sektor ini tidak sebesar sebelumnya.

Baca Juga: Sektor saham ini diprediksi bakal bersinar dan meredup pada tahun depan

"Konsumer mulai datang dari luar negeri, seperti makanan, kosmetik yang masuk dari Jepang dan Korea," ujar dia. Dus, Chris menyarankan investor untuk menghindari saham-saham yang kinerjanya memburuk karena bisnis yang tidak sebaik sebelumnya.

Beberapa emiten di sektor ini memang tergerus cukup dalam. Sepanjang tahun berjalan, HMSP turun 42,6% ytd menjadi Rp 2.130, GGRM turun 36,2% ytd menjadi Rp 53.250 dan ASII turun 15,8% ytd menjadi Rp 6.925.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×