Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam beberapa tahun ke depan akan menyentuh angka 1.000. Namun, pertumbuhan jumlah perusahaan tercatat itu tak sebanding dengan kualitasnya.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy menilai kualitas initial public offering (IPO) bisa tercermin dari pergerakan harganya. Pasalnya, banyak saham IPO yang sudah ambles dari harga penawaran umum.
"Dari yang IPO di beberapa tahun terakhir ini, lebih banyak yang kurang layak untuk diperdagangkan. Ini terbukti dari harganya jatuh di bawah harga IPO," kata Budi kepada Kontan, Kamis (21/3).
Hingga kini sudah ada 921 perusahaan tercatat di BEI. Bahkan, tahun lalu, BEI berhasil memecahkan rekor pencatatan terbanyak sepanjang masa sebanyak 79 emiten dengan nilai Rp 54,14 triliun.
Baca Juga: Banyak Saham IPO Tumbang, Begini Strategi BEI Tingkatkan Kualitas Emiten
Namun dari 79 emiten baru hanya ada 29 saham yang masih mampu berada di atas harga IPO per Kamis (21/3). Artinya, 63% dari emiten pendatang baru di 2023 ambles di bawah harga IPO.
Sepanjang 2024 berjalan ini saja, BEI sudah kedatangan 19 emiten anyar. Tak jauh berbeda, jumlah saham yang sudah berada di bawah harga IPO lebih banyak yakni 10 saham ketimbang yang menguat.
Lukas Setia Atmaja, Guru Besar Bidang Keuangan dan Pasar Modal Universitas Prasetiya Mulya mencermati dari 313 saham IPO di BEI selama 5 tahun terakhir ada 43% saham IPO yang harganya turun 40% lebih dari harga IPO.
Lalu, ada 25% saham IPO yang harganya tinggal gocap alias Rp 50 atau kurang. "Saham IPO yang fundamentalnya kurang baik dan dijual overpriced saat IPO akan sangat merugikan investor," kata dia.
Lukas menyarankan kepada otoritas agar memperketat penyaringan, dengan mencermati beberapa aspek mendasar. Misalnya, prospek perusahaan, tata kelola perusahaan hingga kompetensi pemiliknya.
Baca Juga: BEI Implementasikan Papan Pemantauan Khusus Full Call Auction pada 25 Maret 2024
Agar tidak terjebak, investor dapat mencermati saham-saham yang memang layak untuk diperdagangkan. Menurutnya, emiten atau saham yang baik tentunya memiliki prospek yang baik pula.
"Saham dijual dengan harga wajar, struktur modalnya sehat, mempunyai tata kelola perusahaan yang baik dan memiliki risk management yang baik," ucap Lukas.
Tata kelola yang baik, di dalamnya termasuk sistem manajemen yang baik, pemiliknya kompeten dan jujur, bertanggung jawab, punya visi jangka panjang.
"Visi jangka panjang pemilik perusahaan yang akan IPO ini sangat penting supaya tidak hit and run setelah IPO dan menjual saham-sahamnya mumpung harga masih tinggi," kata Lukas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News