Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) gencar memperluas dan meningkatkan pemanfaatan instrumen pembiayaan yang lebih bervariasi. Meski banyak instrumen baru, nyatanya beberapa emiten tidak meninggalkan pilihan pendanaan konvensional.
Sedari dulu, pinjaman perbankan kerap menjadi alternatif pembiayaan perusahaan. Namun, kini tersedia beberapa varian instrumen baru, misalnya perpetual bond, green bond, obligasi daerah, serta beberapa alternatif lain melalui pasar modal.
Meski demikian, emiten tak buru-buru tergiur. Pembiayaan konvensional seperti pinjaman perbankan nyatanya masih masuk dalam daftar instrumen yang dipilih emiten di 2018 ini. Sebut saja PT Waskita Karya Tbk (WSKT) sebagai contoh. Menurut Direktur Keuangan WSKT Tunggul Rajagukguk, perusahaan berencana menerbitkan obligasi dan mencari pembiayaan perbankan tahun ini.
Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) punya pilihan instrumen yang lebih variatif. Direktur Keuangan dan Treasury BBTN Iman Nugroho Soeko merinci beberapa alternatif pembiayaan BBTN untuk 2018.
Menurutnya, BBTN berencana melakukan sekuritisasi kredit perumahan Rakyat (KPR) sebesar Rp 2 triliun. Selanjutnya BBTN juga akan menerbitkan negotiable certificate of deposit (NCD) sekitar Rp 9 triliun. Ditambah pinjaman sub debt sekitar Rp 2 triliun, dan pinjaman bilateral sebesar Rp 5 triliun.
Lebih lanjut Iman menjelaskan bahwa pinjaman bilateral bisa berasal dari perbankan maupun lembaga keuangan. “Untuk kami yang penting cost of borrowing-nya yang paling rendah,” tutur Iman kepada Kontan, Jumat (19/1).
Lain lagi dengan PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Direktur Keuangan ADHI Harris Gunawan bilang, perusahaan akan menyesuaikan pilihan instrumen pendanaan dengan kebutuhan dan penggunaan dana. Menurutnya, jika dana yang dicari akan digunakan untuk investasi, maka instrumen yang dipilih adalah obligasi. Sementara itu, working capital jangka pendek akan dibiayai dengan instrumen fasilitas perbankan.
“Konsentrasi kami mau coba memperbaiki rating perusahaan terlebih dahulu. Dari sebelumnya A-, kami pengen naik ke A stable atau A+,” tutur Harris.
Menurut Harris, jika rating sudah naik, maka ADHI kan lebih mudah menerbitkan instumen pendanaan di pasar modal. Dengan rating yang bagus, tentunya ADHI bisa mendapat kupon obligasi yang lebih kompetitif atau lebih murah.
Emiten Belum Tinggalkan Alternatif Pembiayaan Konvensional
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News