Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Langkah PT Arona Bina Sejati Tbk (ARTI) mengganti bisnis inti, dari bisnis furnitur menjadi bisnis energi, kian mantap. Kemarin (30/6), rapat umum pemegang saham (RUPS) Arona telah menyetujui rencana perubahan bisnis inti dan nama perusahaan.
Nantinya, nama Arona akan berganti menjadi PT Rabu Prabu Energi Tbk. Menurut Presiden Direktur Arona Burhanuddin Bur Maras, perusahaannya akan mengalokasikan dana US$ 127 juta sebagai modal awal memasuki ke bisnis energi.
Jumlah dana tersebut setara Rp 1,17 triliun bila dikonversi dengan kurs Rp 9.200 per dolar AS. "Tapi, tidak semuanya kita belanjakan tahun ini. Kami memperkirakan, dana itu baru habis dalam dua sampai tiga tahun mendatang,” jelas Burhanuddin usai RUPS, Senin (30/6).
Menurutnya, seluruh dana investasi itu akan berasal dari pinjaman bank. Sebagai tahap awal, tahun ini, Arona harus menyediakan dana US$ 50 juta. Seluruhnya berasal dari pinjaman Bank Mandiri, Bank Niaga, dan Bank Mandiri Syariah.
Rencananya, seluruh dana tersebut akan digunakan untuk membeli ladang-ladang minyak dan gas (migas) tua yang masih memiliki potensi. "Perusahaan sudah mengincar tiga ladang di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Papua," ujarnya.
Kini, Arona telah mulai menjalankan bisnis energi. Bekerjasama dengan Pertamina dan perusahaan swasta lain, Arona menggarap ladang migas di Sumatra Selatan. Produksi minyak di lokasi itu sekitar 1.500 hingga 2.000 barel per hari. Burhanuddin menargetkan, jumlahnya bisa naik jadi 3.000 barel per hari di akhir tahun nanti.
Selain itu, Arona tengah melakukan penambangan gas di dekat Cirebon, Jawa Barat. Produksi ladang itu, kini, sekitar dua juta kaki kubik per hari. “Targetnya bisa lima hingga enam juta kaki kubik sebelum akhir tahun,” tambahnya.
Nantinya, Arona juga berniat mengakuisisi perusahaan jasa pengeboran migas PT Lekom Maras. Dananya berasal dari hasil rights issue senilai Rp 1,3 triliun yang akan dilaksanakan 14 Juli nanti. Selain itu, Arona juga membidik ladang minyak di Myanmar, Kamboja, dan Vietnam. Burhanuddin memperkirakan, untuk tahap awal, ekspansi di Asia butuh dana US$ 300 juta atau Rp 2,76 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News