Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Rupiah menguat signifikan menjelang rapat The Fed pada 17 Maret mendatang. Namun, penguatan rupiah didominasi sentimen eksternal sehingga masih ada resiko mata uang garuda berbalik arah.
Di pasar spot, Jumat (4/3) nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menanjak 0,75% ke level Rp 13.132 per dollar AS dibanding sehari sebelumnya. Sejalan, kurs tengah Bank Indonesia menunjukkan rupiah menguat 0,76% di level Rp 13.159 per dollar AS.
Rully Arya Wisnubroto, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk memaparkan, kondisi eksternal saat ini penuh dengan ketidakpastian. Hal ini menimbulkan spekulasi The Fed belum akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Apalagi, perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS) juga tidak sebaik perkiraan. Tak heran jika rupiah menguat signifikan.
Sebaliknya, kondisi ekonomi dalam negeri berangsur - angsur membaik. Dimulai dari pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2015 yang lebih baik dari kuartal sebelumnya. Lalu angka inflasi juga berada di level stabil dan diprediksi akan terus berada pada level yang cukup rendah.
Rully menduga tidak akan ada hal mengejutkan pada rapat The Fed pertengahan bulan ini. Sebelumnya, sebagian besar anggota Federal Open Market Commmittee (FOMC) juga menyatakan belum akan menaikkan suku bunga secara agresif.
"Ada resiko perlambatan ekonomi China akan mengganggu proses pemulihan ekonomi AS," ujar Rully.
Namun demikian, penguatan rupiah mulai terbatas. Meski sedang tertekan, dollar AS dapat kembali bertenaga.
Apalagi terhadap mata uang negara - negara yang saat ini gencar memberikan stimulus ekonomi seperti euro dan poundsterling. Kebijakan The Fed juga akan terus menjadi sentimen penggerak rupiah di hadapan dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News