Reporter: Yoliawan H | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) tercatat sudah menaikan suku bunga cukup agresif tahun ini, yakni hingga 125 basis poin menjadi 5,50% sepanjang tahun 2018.
Kenaikan suku bunga acuan BI atau 7 days reverse repo rate atau (BI7DRRR) yang cukup agresif ini akan mempengaruhi bunga pinjaman dari perbankan.
Khususnya, kredit konsumer perbankan. Pasalnya, segmen ritel konsumer cenderung lebih sensitif dalam menyikapi kenaikan bunga.
Tapi, ini bukan berarti melesukan penyaluran kredit konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA). “Kenaikan suku bunga kami terapkan tidak merata untuk portofolio di konsumer, tapi menggunakan data analisa, risiko, serta relationship based pricing,” ujar Lani kepada Kontan, Jumat (31/8).
Menurut Lani, pihaknya telah melakukan kenaikan bunga konsumer sekitar 0,5% hingga 1%.
Kenaikan bunga ini pun diiringi dengan relaksasi lain seperti uang muka atau loan to value (LTV) yang rendah yakni dimulai dari 5% untuk kredit pemilikan rumah (KPR). Selain itu pihaknya juga memberikan program fixed rate 3 tahun untuk menstimulus permintaan kredit.
Dengan kondisi kenaikan ini, Bank Niaga masih optimistis kredit konsumer tumbuh dua digit dengan relaksasi yang diberikan tersebut.
”Dana murah kami harap bisa tumbuh 10%, di samping itu KPR juga diharapkan masih bisa 10% di semester II 2018,” ujar Lani.
Asal tahu saja, kredit konsumer BNGA sepanjang semester I 2018 turun 5% year on year menjadi Rp 47,9 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp 50,43 triliun. Kendati demikian total kredit BNGA tumbuh 3% menjadi Rp 185,72 triliun dari periode sama 2017 yang sebesar Rp 180,5 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News