kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Banjir dana asing ke pasar obligasi


Senin, 09 Juni 2014 / 07:33 WIB
Banjir dana asing ke pasar obligasi
ILUSTRASI. Karyawan salah satu sekuritas mengamati pergerakan saham di Jakarta.


Reporter: Wahyu Satriani, Noor Muhammad Falih | Editor: Sofyan Hidayat

JAKARTA. Investor asing menilai, prospek pasar obligasi domestik masih cerah. Hal itu terlihat dari besarnya dana asing yang masuk ke pasar obligasi pemerintah sejak awal tahun.

Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) menunjukkan, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) pada 5 Juni 2014 mencapai Rp 394,48 triliun atau naik 4,63% dibandingkan dengan posisi akhir April 2014. Nilai itu setara  35,5% dari seluruh nilai emisi SBN yang diperdagangkan, yakni
Rp 1.111,09 triliun.

Kepemilikan asing pada SBN juga sempat mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah pada 2 Juni 2014 sebesar Rp 398,04 triliun. Sejak akhir tahun 2013, nilai kepemilikan asing telah naik 21,81%.

Global Markets-Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia (BII), Anup Kumar menilai, bertambahnya minat asing pada SBN mencerminkan prospek pasar obligasi domestik masih cerah. "Sebagai patokan, selama yield SBN tenor 10 tahun berada di kisaran 7,95% hingga 8,15% maka asing akan terus masuk," ujarnya.

Penurunan kepemilikan asing yang sempat terjadi turun setelah 2 Juni 2014, menurut Kumar, disebabkan oleh aksi ambil untung pihak asing. Apalagi pada 2 Juni 2014, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca perdagangan Indonesia per April yang defisit sebesar  US$ 1,96 miliar.

Kumar berpendapat, ada tiga sentimen utama prospek penambahan minat asing pada SBN. Pertama, pekan ini  Bank Indonesia akan mengadakan Rapat Dewan Gubernur dan diperkirakan mempertahankan BI rate 7,5%.
Kedua, proses jelang pemilihan presiden (pilpres) relatif aman.

Sejumlah survei merilis bahwa elektabilitas pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla masih di atas kompetitornya. "Faktor ketiga, pelemahan rupiah merupakan kesempatan bagi asing untuk mendapat rupiah lebih banyak dengan masuk ke SBN," ungkapnya.

Kumar menduga, dua hingga tiga pekan ke depan, kepemilikan asing bisa menembus di atas Rp 400 triliun. Dengan catatan, pemerintah bisa menjaga laju ekspor barang non-migas.

Analis obligasi PT Millenium Danatama Indonesia, Desmon Silitonga, mengatakan, tren masuknya asing ke pasar surat utang negara lebih disebabkan oleh tingkat yield yang tinggi. "Secara keseluruhan yield yang ditawarkan surat utang negara merupakan yang paling menarik di antara negara lain," ujarnya. Desmon menduga pasca pilpres, kepemilikan asing bisa tembus di atas Rp 400 triliun.

Tumbuh Cepat

Pasar obligasi Indonesia tumbuh cepat. Bank Pembangunan Asia (ADB) mencatat, pasar obligasi Indonesia tumbuh 6,8% pada kuartal I 2014 ketimbang kuartal IV 2013. Indonesia menjadi yang tercepat kedua setelah Vietnam, diantara negara-negara Asia Timur. Negara-negara Asia Timur yang dimaksud antara lain, China, Hong Kong, Korea Selatan, Filipina, Singapura dan Thailand.

Pada kuartal IV-2013 lalu, total pasar obligasi Indonesia mencapai US$ 108 miliar dan telah berhasil tumbuh menjadi US$ 123 miliar pada kuartal I tahun ini. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh pasar obligasi pemerintah yang tumbuh 8,3% dari US$ 90 miliar menjadi US$ 104 miliar.

Sedangkan pasar obligasi korporasi justru turun 0,4% menjadi US$ 19 miliar pada periode yang sama. "Pertumbuhan tersebut disebabkan pemerintah Indonesia yang menerapkan kebijakan frontloading, yakni  sebagian besar lelang obligasi negara dilakukan pada paruh pertama tahun ini," ujar Iwan Jaya Azis, Head of the ADB Office of Regional Economic Integration, baru-baru ini.

Fixed Income Analyst BNI Securities I Made Adi Saputra memperkirakan, turunnya pasar obligasi korporasi disebabkan oleh kenaikan tingkat suku bunga. "Sehingga emiten menunda penerbitan obligasi maupun mengurangi jumlah penerbitan," kata Made.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×