Reporter: Venny Suryanto | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), perusahaan yang melaksanakan hilirisasi dalam rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik, optimistis cetak kinerja positif di tahun 2023.
Peningkatan pendapatan diproyeksikan akan berasal dari beroperasinya pabrik smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) ZHN. Di mana pabrik ini akan memiliki target kapasitas terpasang 50.000 ton Ni dalam bentuk Nickel Pig Iron (NPI) per tahun.
Selain itu optimisme juga didorong dari adanya proyek AIM dan PT Huaneng Metal Industry (HNMI), fasilitas konversi high-grade nickel matte (HGNM) yang 60% sahamnya baru saja diakuisisi oleh Merdeka Battery Materials.
Presiden Direktur MBMA, Devin Ridwan menjelaskan, smelter RKEF ZHN dan proyek AIM diharapkan akan berproduksi setelah proses pembangunannya rampung pada pertengahan kedua tahun 2023.
Baca Juga: Merdeka Battery Materials (MBMA) Rombak Jajaran Direksi, Berikut Susunannya
“Adapun HNMI akan menghasilkan HGNM yang mengandung lebih dari 70% nikel dengan memproses low-grade nickel matte yang di produksi smelter RKEF,” kata dia dalam keterangan resmi yang diterima KONTAN, Jumat (30/6).
Nikel matte merupakan bahan baku utama untuk prekursor baterai dan Nikel Kelas 1. HNMI saat ini telah beroperasi komersial dan diharapkan akan mulai memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan MBMA di semester kedua tahun 2023.
Pada tahun 2022, sumber pendapatan utama MBMA berasal dari penjualan NPI ke pasar luar negeri serta domestik, masing-masing sebesar US$ 270,33 juta dan US$ 185,4 juta. Produksi NPI tersebut berasal dari smelter RKEF milik PT Cahaya Smelter Indonesia dan PT Bukit Smelter Indonesia yang masing-masing memiliki kapasitas terpasang 19.000 ton Ni dalam bentuk NPI per tahun.
“Sehingga dengan beroperasinya smelter RKEF ZHN, maka total kapasitas terpasang yang dimiliki MBMA akan mencapai 88.000 ton Ni per tahun,” kata dia.
Berbagai rencana bisnis telah berhasil dijalankan dengan baik oleh MBMA terutama akuisisi atas proyek ekspansi hilir dan proses pembangunan smelter RKEF baru.
“Sehingga kami optimis ini akan meningkatkan potensi pendapatan MBMA tahun ini. Dengan dukungan cadangan bahan baku nikel yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia, MBMA akan terus fokus untuk mengoptimalkan setiap peluang dalam bisnis hilirisasi dan rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik yang juga menjadi komitmen Pemerintah Indonesia,” tutup Devin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News