Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) menetapkan harga penawaran umum saham perdana alias initial public offering (IPO) di harga Rp 795. Ini merupakan batas atas dari rentang harga bookbuilding dari Merdeka Battery yang berada di kisaran Rp 780-Rp 795
Melansir laman e-IPO, Rabu (12/4), MBMA melepas sebanyak 11 miliar saham, yang mewakili sebesar 10,24% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Dus, jumlah seluruh nilai penawaran umum perdana saham ini adalah sebesar Rp 8,74 triliun.
MBMA akan menggunakan dana hasil IPO untuk tujuh keperluan. Pertama, sekitar 48,0% akan digunakan oleh MBMA untuk pembayaran lebih awal untuk seluruh pokok utang yang timbul berdasarkan Perjanjian Fasilitas Berjangka senilai US$ 300 juta, yang akan dibayarkan kepada MDKA dan ING Bank N.V. cabang Singapura, masing-masing sebesar US$ 225 juta dan US$ 75 juta melalui ING Bank sebagai Agen.
Kedua, sekitar 5,0% akan digunakan oleh MBMA untuk mengambil alih hak tagih sebesar US$ 30 juta yang timbul dari Perjanjian Fasilitas Dukungan Induk tanggal 23 Agustus 2022 yang diberikan oleh MDKA kepada PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI), sehingga MBMA selanjutnya akan memiliki hak tagih kepada MTI sebesar US$ 30 juta atau setara Rp 460,5 miliar.
Baca Juga: Ini Catatan Analis Soal Rencana IPO Harita Nickel (NCKL) dan Merdeka Battery (MBMA)
Ketiga, sekitar 1,5% akan digunakan oleh MBMA untuk modal kerja antara lain untuk biaya karyawan, biaya jasa profesional, dan biaya keuangan.
Keempat, sekitar 8,0% akan dipinjamkan kepada MTI yang selanjutnya akan digunakan untuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal yang timbul dari pembangunan Proyek royek AIM (Acid, Iron, Metal) I, yang dijadwalkan akan memulai produksi pada pertengahan kedua 2023.
Kelima, sekitar 14,0% akan dipinjamkan kepada PT Zhao Hui Nickel (“ZHN”) yang selanjutnya akan digunakan untuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal yang timbul dari pemasangan konversi nikel matte pada Smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) Zhao Hui Nickel (ZHN) yang saat ini sedang dalam proses pembangunan. Sekitar 6,0% akan digunakan untuk modal kerja, meliputi antara lain pembelian bahan baku utama, bahan baku pembantu, biaya listrik, dan karyawan.
Keenam, sekitar 5,5% akan dipinjamkan kepada PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang selanjutnya akan digunakan untuk modal kerja, meliputi antara lain biaya karyawan, biaya jasa profesional, pembayaran royalti ke kas negara, biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya pemeliharaan dan perbaikan, serta biaya penambangan.
Baca Juga: Bidik Dana Jumbo, Merdeka Battery (MBMA) Optimistis IPO Terserap dengan Baik
Ketujuh, sisanya akan dilakukan untuk penyetoran modal kepada PT Merdeka Industri Mineral (MIN) yang selanjutnya akan digunakan untuk penyetoran modal dan pemberian pinjaman kepada PT Sulawesi Industri Parama (SIP) masing-masing sebesar 50%. SIP kemudian akan digunakan untuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal yang timbul dari pembangunan fase pertama dari pabrik High-Pressure Acid Leach (HPAL) pertama yang berkapasitas 60.000 ktpa (HPAL 1a) di Indonesia Konawe Industrial Park (“IKIP”).
Proyek ini merupakan bagian dari strategi usaha MBMA dan Perusahaan Anak (Grup MBM) agar semakin terlibat dalam rantai nilai bahan baku strategis dan ke depannya dalam rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News