kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bangun pabrik, INDF siapkan dana Rp 1,6 triliun


Sabtu, 04 Juni 2016 / 18:39 WIB
Bangun pabrik, INDF siapkan dana Rp 1,6 triliun


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) terus meningkatkan penetrasi pasar, baik di dalam maupun luar negeri. Untuk mendukungnya, perseroan ini berencana membangun tiga hingga empat pabrik baru tahun ini. 

Presiden Direktur INDF Anthoni Salim bilang, pabrik tersebut bakal fokus memproduksi mie instan (noodle). Tapi, tidak menutup kemungkinan dipergunakan juga untuk lini bisnis Indofood yang lainnya. 

Salah satu pabrik yang berlokasi di Cirebon, Jawa Barat, menelan investasi sekitar Rp 400 miliar. Tapi, angka ini menggunakan tiga line produksi. Jumlah line bisa disesuaikan dengan kebutuhan produksi, bisa mencapai enam line. 

"Kalau enam line bisa dobel (investasinya)," ujar Anthoni, seusai kegiatan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) INDF, Jumat (3/6). Dus, setidaknya manajemen perlu menyiapkan investasi minimal Rp 1,6 triliun untuk pembangunan keempat pabrik tersebut. 

Sumber pendanaan pabrik ini berasal dari kas internal. Perusahaan telah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp 7,6 triliun. Anggaran capex tersebut menurun 15% dibanding tahun lalu, Rp 9 triliun. 

Sejauh ini, capex tersebut telah terserap sekitar Rp 18% atau setara Rp 1,37 triliun. Keberadaan pabrik tersebut diharapkan bisa menjaga performa kinerja perseroan. 

Tahun ini, INDF menargetkan mencetak pertumbuhan pendapatan antara 7%-8%. Tahun 2015, INDF mencetak pendapatan Rp 64,06 triliun. Angka ini relatif stagnan dibanding pendapatan 2014, Rp 63,59 triliun. Laba bersih tahun lalu juga tergerus 25% menjadi Rp 2,97 triliun akibat kerugian kurs. 

Analis Minna Padi Investama Christian Saortua melihat, ekspansi INDF tahun ini bertujuan menggenjot kinerja ekspor. "Khususnya untuk penjualan ekspor negara-negara timur tengah," ujarnya. Sebab, menurut Christian, penjualan dari dalam negeri masih terlihat stagnan. Selain itu, capex perseroan juga mengalami penurunan. 

Di sisi lain, empat pabrik baru yang fokus untuk noodle termasuk agresif. Soalnya, permintaan mie instan dalam negeri juga belum tumbuh signifikan. Hal tersebut senada dengan rencana INDF ke depan. 

Belum lama ini, perseroan berekspansi hingga ke Turki berbekal merek Indomie yang sudah termasuk brand global. "Pasar Turki ini akan menjadi jembatan kami memasuki pasar Uni Emirat Arab," tambah Anthoni. 

Perusahaan tetap bisa memaksimalkan peluang melalui pasar Turki. Apalagi jumlah penduduk Turki terus meningkat, artinya konsumsi juga naik. 

Christian memandang bullish INDF. Dia memiliki target harga Rp 7.700 per saham. Kemarin (3/6), harga INDF naik 0,70% dibandingkan hari sebelumnya menjadi Rp 7.175 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×