Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bangkok Bank telah menandatangani perjanjian pembelian saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) dengan Standard Chartered Bank (SCB) dan PT Astra Internasional Tbk (ASII) pada Kamis (12/12).
Bangkok Bank akan mengambil alih sebanyak 89,12% saham Bank Permata yang masing-masing dimiliki oleh Astra dan SCB sebesar 44,56%.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Kamis (12/12), Presiden Direktur Permata Bank Ridha DM Wirakusumah mengatakan BNLI menyambut baik mengenai Bangkok Bank yang akan menjadi pemegang saham mayoritas Permata Bank setelah transaksi diselesaikan.
Baca Juga: Lima fakta menarik akuisisi Bank Permata oleh Bangkok Bank senilai puluhan triliun
Dalam perjanjian tersebut disepakati, transaksi akan dilakukan seharga 1,77x nilai buku dengan harga indikatif per September 2019 Rp 1.498 per saham. Merujuk hal tersebut, nilai yang akan digelontorkan Bangkok Bank untuk aksi ini bisa mencapai Rp 37,43 triliun.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony berpendapat harga akuisisi BNLI oleh Bankok Bank terbilang cukup tinggi lantaran harga saham BNLI sendiri masih di area Rp 1.300 per saham.
Secara bisnis, ia melihat prospek bisnis BNLI ke depannya masih baik. Di kuartal III 2019, Bank Permata mencatat penyaluran kredit cuma tumbuh 1% menjadi Rp 107,6 triliun. Namun, laba bersih bank ini melesat 121% menjadi Rp 1,09 triliun terutama ditopang menurunnya kerugian nilai aset keuangan seiring non performing loan (NPL) yang membaik.
Adapun pendapatan bunga bersih BNLI hanya tumbuh 3%. “Kinerja BNLI cukup baik dengan laba yang meningkat dari kuartal ke kuartal, ditambah isu akuisisi ini seharusnya dapat meningkatkan pangsa pasar BNLI kedepannya menjadi lebih kuat,” kata Chris kepada Kontan.co.id, Jumat (13/12).
Ia memperkirakan, harga BNLI berpotensi naik hingga level harga akuisisi Rp 1.498 per saham. Biasanya akuisisi mayoritas saham akan diikuti tender offer juga saham BNLI.
Baca Juga: Lego saham Bank Permata, Stanchart bakal cuan US$ 0,5 miliar
Selanjutnya perlu dilihat berapa harga dari tender offer tersebut. Chris merekomendasikan investor untuk wait and see lebih dulu saham BNLI.
Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia menilai, harga akuisisi BNLI dengan PBV di 1,77x masih lebih rendah ketimbang akuisisi PT Bank Danamon (BDMN) oleh MUFG yang berada di sekitar 2x PBV.
“Untuk harga akuisisi masih bisa berubah karena menunggu hasil performa di kuartal akhir tahun ini. Saham BNLI masih menarik karena isu ini pun belum mencapai keputusan terakhir yang diperkirakan akan tercapai pada akhir 2020,” kata Chatherina.
Baca Juga: Bos Bangkok Bank targetkan akuisisi Bank Permata rampung kuartal III 2020
Senada, analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menuturkan, apabila dibandingkan dengan valuasi akuisisi PT Bank Royal dan PT Bank Rabobank Indonesia oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), serta akuisisi PT Bank Danamon (BDMN) oleh MUFG, maka valuasi akuisisi BNLI ini relatif murah.
“Hanya sekitar 1.7x PBV, masih di bawah 2.0x PBV. Hanya memang valuasi harga PBV perbankan saat ini sedang turun,” tambahnya.
Dengan aksi akuisisi tersebut, Yaki berpandangan belum akan ada perubahan terhadap prospek BNLI ke depan lantaran tidak ada perubahan di bisnis model. Dalam jangka panjang, suntikan dana baru dari Bangkook Bank diharapan menambah likuiditas BNLI untuk ekspansi bisnis dan perluasan jaringan bisnis.
Menurutnya, saham BNLI hanya memiliki sedikit potensi naik. “Potensinya mungkin ada, tapi kecil karena kenaikan harga sudah cukup banyak, dan harga akuisisi hampir sama dengan harga tertinggi dalam 90 hari terakhir,” jelas Yaki.
Baca Juga: Sebelum Bangkok Bank, ini calon-calon pemilik Bank Permata
Ia menyarankan investor untuk take profit atau sell on strength dengan target harga Rp 1.370 hingga Rp 1.405 per saham. Pada penutupan perdagangan Jumat (13/12), harga saham BNLI turun 2,67% ke level Rp 1.275 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News