CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Bahana TCW: Pasar SBN masih prospektif sampai akhir tahun


Jumat, 18 Juni 2021 / 14:34 WIB
Bahana TCW: Pasar SBN masih prospektif sampai akhir tahun
ILUSTRASI. Obligasi.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Daya tarik daya tarik pasar obligasi Indonesia, termasuk Surat Berharga Negara (SBN) diproyeksikan masih akan berlanjut hingga akhir tahun 2021. 

Sebelumnya banyak spekulasi yang beredar di pasar tentang peluang pemulihan ekonomi Amerika Serikat yang lebih cepat dari apa yang diekspektasi oleh pelaku pasar di Indonesia.

Budi Hikmat, Direktur Investasi dan Kepala Makroekonomi PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) mengatakan setidaknya ada beberapa faktor yang akan mendorong daya tarik pasar SBN hingga akhir tahun. 

Faktor fundamental Indonesia yang kuat mampu meningkatkan daya tarik pasar SBN di mata investor. Fundamental perekonomian Indonesia didorong oleh tingkat suku bunga yang rendah. 

Merujuk pada hasil riset Bahana TCW, The Fed masih akan tetap menjaga suku bunganya di level 0% sampai 0,25% yang akan menjadi ruang bagi BI untuk mempertahankan suku bunga. 

Baca Juga: Ini 7 seri yang ditawarkan pada lelang SUN pada Selasa (22/6)

BI diprediksi akan mempertahankan suku bunga di 3,5% hingga akhir tahun ini. Hal ini akan membawa stabilitas bagi pasar SBN hingga akhir tahun.

Selain itu, hasil riset Bahana TCW, menggambarkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga diprediksi akan stabil bahkan menguat ke depan. Penguatan rupiah akan menjadi daya tarik tersendiri bagi investor asing untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia. 

Proyeksi penguatan rupiah ini berdasar pada fundamental perekonomian domestik yang masih terjaga, tercermin dari defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) yang menipis, inflasi yang terkendali, serta cadangan devisa yang mumpuni.

“Pemerintah mampu mengendalikan tingkat inflasi. Tercatat, inflasi tahunan periode Mei sebesar 1,68% masih sesuai dengan ekspektasi pasar," terangnya. 

Bahana memperkirakan tingkat inflasi akan berada di kisaran 2% hingga 2,5% hingga akhir tahun. Angka ini sangat aman karena berada di batas bawah target inflasi BI dan juga masih jauh di bawah bond yield yang berada di level 6,4%.

Faktor domestik lainnya seperti defisit neraca transaksi berjalan hingga saat ini lebih rendah dibanding saat menjelang taper tantrum 2013 yang merupakan saat terjadi koreksi cukup dalam di pasar SBN. 

Selain itu, debt to GDP dalam persentase juga turun serta cadangan devisa sebesar US$ 136,4 miliar dipandang masih cukup kuat untuk menjaga stabilitas hingga akhir tahun. 

Dengan demikian, pasar SBN diperkirakan akan mampu bertahan dari gempuran kondisi ekonomi global sehingga capital inflow ke pasar SBN masih terus terjadi secara gradual hingga akhir tahun.

Faktor yang tak kalah penting bagi pasar SBN adalah faktor supply. Bahana TCW melihat pasar SBN akan menguat ke depan karena penerbitan SBN dapat dijaga sesuai rencana, bahkan pemerintah dapat mengurangi penerbitan SBN jika penerimaan negara positif. 

Baca Juga: Pemerintah Patok Kupon SBR010 5,1% dengan Spread 160 Bps

Seperti diketahui, hingga April 2021 yang lalu, realisasi pendapatan negara hingga 30 April 2021 telah teralisasi sebesar 33,5%. Capaian ini terbilang positif karena angka ini berada di atas tren penerimaan di tahun-tahun sebelumnya bahkan sebelum pandemi. 

Capaian ini salah satunya dikontribusi oleh harga komoditas ekspor seperti batubara, minyak sawit dan gas yang sangat bagus selama empat bulan terakhir sehingga mendorong pendapatan negara.

“Meski begitu, Bahana TCW tidak menampik bahwa masih ada risiko terutama yang disebabkan oleh sentimen eksternal," tambahnya. 

Kondisi pasar keuangan domestik sangat dipengaruhi oleh faktor sentimen eksternal di pasar keuangan global seperti potensi pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat, kenaikan inflasi Amerika Serikat dan penerapan taper tantrum yang lebih cepat dari apa yang diprediksi oleh pasar. 

"Namun, Bahana TCW memperkirakan Amerika Serikat akan memulai taper pada awal 2022 meskipun informasi tentang penerapan ini akan bergulir di pasar dimulai tahun ini,” tutup Budi.

Selanjutnya: Tren restrukturisasi perusahaan pembiayaan telah menurun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×