Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bahana TCW Investment Management bersama dengan Bank DBS Indonesia meluncurkan reksadana bertajuk Reksadana Bahana Global Healthcare Sharia USD. Reksadana berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) ini akan berfokus pada industri sektor teknologi kesehatan di pasar luar negeri (offshore) serta mengintegrasikan nilai Environmental, Social, Governmental (ESG) dalam pengelolaannya.
Head of Investment Product & Advisory Bank DBS Indonesia Djoko Soelistyo menyebut, reksadana offshore syariah masih jadi salah satu pilihan investasi yang menarik bagi masyarakat. Bahkan, dalam dua bulan pertama di tahun ini, dana kelolaannya masih bisa mencatatkan pertumbuhan dari US$ 1,36 juta pada akhir 2021 menjadi US$ 1,40 juta pada akhir Februari 2022.
Menurutnya, produk Reksadana Bahana Global Healthcare Sharia USD akan memberikan alternatif investasi bagi para investor. Apalagi, saat ini belum ada produk reksadana di Indonesia yang portofolionya memiliki eksposur sepenuhnya ke saham-saham sektor kesehatan.
“Jadi ini reksadana pertama di Indonesia yang fokus pada sektor kesehatan dengan demikian, investor bisa memiliki opsi untuk diversifikasi portofolionya. Apalagi kami juga sudah menggandeng Franklin Templeton sebagai technical advisor untuk produk ini,” ujar Djoko secara virtual, Selasa (15/3).
Baca Juga: Manajer Investasi Perbanyak Porsi Saham Pada Produk Reksadana Campuran
Presiden Direktur PT Bahana TCW Investment Management Rukmi Proborini menilai, industri kesehatan memiliki performa yang bagus dan akan terus berkembang ke depannya. Salah satu keunggulan sektor ini adalah sifatnya yang resilient ketika terjadi ketidakpastian dan goncangan di pasar saham. Bahkan, sektor kesehatan disebut masuk ke dalam lima sektor yang paling defensive di dunia.
“Secara sektor, kesehatan punya stabilitas yang lebih tinggi dan relatif lebih aman secara industrinya. Dari permintaan, prospeknya juga akan terus tumbuh seiring berkembangnya dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, khususnya pasca-pandemi,” kata Rukmi.
Marketing Director Bahana TCW Investment Management Danica Adhitama menambahkan, dari segi prospek, sektor kesehatan akan diuntungkan dengan semakin bertambahnya populasi kelompok lansia serta harapan hidup yang lebih panjang. Artinya, permintaan akan perawatan, layanan, dan produk kesehatan juga akan meningkat.
Di satu sisi, kelompok middle class di negara berkembang juga terus mencatatkan pertumbuhan pendapatan ke depannya. Dengan pendapatan yang lebih baik, maka akan mendorong kemampuan untuk mendapatkan akses layanan dan produk kesehatan yang lebih baik.
Danica juga menyebut, dari sisi subsektor, industri kesehatan juga semakin prospektif. Jika dahulu hanya mengandalkan layanan kesehatan serta produk obat-obatan, kini muncul beragam subsektor baru seperti life science, telemedicine, internet of medical things, penelitian genetika, jaringan blockchain kesehatan, dan sebagainya.
“Secara historis, sektor kesehatan merupakan yang tahan banting ketika terjadi penuran di pasar saham secara besar-besaran. Pada 2020 misalnya, ketika pandemi Covid-19 terjadi, indeks saham global turun hingga 23,53%, tapi sektor kesehatan hanya minum 13,88%, ini menunjukkan resiliensinya sektor ini,” imbuhnya.
Baca Juga: Menakar Dampak Perang dan Naiknya Inflasi terhadap Outlook Pasar Reksadana
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News