Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melemahnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah tidak membuat industri tekstil dan garmen berorientasi ekspor menahan penjualannya. PT Pan Brothers Tbk (PBRX) misalnya, menyatakan bahwa semua ekspornya memang sudah sesuai pesanan sehingga harus tetap dikirimkan.
PBRX juga tertolong karena memberlakukan lindung nilai alami atau natural hedge. Selain laporan keuangannya yang disusun dalam dolar AS, konsumen PBRX juga membayar langsung menggunakan mata uang Negeri Paman Sam tersebut.
Baca Juga: Menilik kinerja ekspor produsen tekstil dalam negeri
Terlebih lagi, menurut Sekretaris Perusahaan Pan Brothers Iswar Deni, sebesar 70%-78% beban PBRX dalam dolar AS. Hanya 22%-30% yang berbentuk rupiah. "Jadi, pelemahan dolar AS ini tidak terlalu berdampak pada kinerja perusahaan," kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (4/2).
Sebagai gambaran, pada sembilan bulan pertama 2019, penjualan ekspor Pan Brothers sebesar US$ 463,85 juta atau setara dengan 94,03% dari total penjualan. Produk-produk PBRX dijual ke Asia, Eropa dan Amerika.
Adapun brand-brand pakaian yang selama ini biasa memesan ke PBRX adalah Uniqlo, The North Face, Adidas, Oakley, Lacoste, Ralph Lauren, dan Columbia.
Baca Juga: Ekspor Pan Brothers (PBRX) masih kebal efek pergerakan nilai tukar rupiah
Di sisi lain, Direktur PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY) Tirta Heru Citra mengatakan, pelemahan dolar AS terhadap rupiah tidak terlalu berpengaruh pada kinerja perusahaannya. Pasalnya, porsi ekspor RICY hanya mencakup 20% dari total penjualan. Perusahaan ini juga tetap menerima pesanan dari para pembelinya di luar negeri.
Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai, pelemahan kurs dollar AS terhadap rupiah ini bisa membawa pengaruh positif maupun negatif pada emiten tekstil dan garmen.
Baca Juga: Meski Dollar AS Melemah, SRIL Tetap Memacu Ekspor
"Yang masih menggunakan bahan baku impor bisa jadi positif dan saya rasa masing-masing sudah antisipasi dengan melakukan hedging," ucap Sukarno.
Jika dilihat dari segi sahamnya, menurut dia, valuasi saham para emiten tekstil dan garmen sudah tergolong murah. Akan tetapi, hal ini tidak menjadi tanda bahwa saham-saham tersebut layak dikoleksi.
Baca Juga: Pan Brothers (PBRX) tetap pertahankan ekspansi tahun ini
Pasalnya, Sukarno melihat pergerakan harga SRIL, PBRX, dan RICY tengah dalam tren penurunan sehingga ia menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News