Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Rupiah mendapat angin segar dari Amerika Serikat (AS) setelah penundaan voting Undang-undang Kesehatan AS. Di pasar spot, Jumat (24/3), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS koreksi tipis 0,02% dibanding sehari sebelumnya ke Rp 13.327. Sebaliknya, kurs tengah rupiah Bank Indonesia (BI) menguat tipis 0,02% di Rp 13.329.
Rully Arya Wisnubroto, Analis Pasar Uang Bank Mandiri mengatakan, nilai tukar rupiah cenderung stabil. Aliran dana asing di pasar saham maupun obligasi cukup deras, sehingga menopang mata uang Garuda. "Pergerakan rupiah awal pekan sepertinya belum banyak berubah," kata Rully.
Analis Esandar Arthamas Berjangka Tonny Mariano mengatakan, sentimen penggerak rupiah memang tidak banyak berubah. "Tapi ada peluang rupiah menguat karena dollar mungkin relatif tertekan," prediksi dia.
Pasar akan mencermati dampak penundaan pemungutan suara untuk mengganti undang-undang kesehatan AS, yang dikenal dengan nama Obamacare. Parlemen AS terlihat berhati-hati menyetujui usulan Trump. Usulan Trump lain dikhawatirkan bernasib sama.
Dari dalam negeri, rupiah menanti hasil pertemuan BI dengan Standard & Poor's (S&P). Jika S&P akhirnya menaikkan rating Indonesia jadi investment grade, maka rupiah berpeluang menguat. Senin (27/3), Tonny memprediksi rupiah menguat dan bergerak di Rp 13.300-Rp 13.360 per dollar AS. Prediksi Rully rupiah melemah dan bergerak antara Rp 13.300-Rp 13.350.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News