Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli
Kemudian, bias kognitif tadi dikelompokkan lagi menjadi belief perseverance dan information processing. Yang termasuk dalam bias kognitif belief peserverance ada bias conservatism, bias confirmation, bias representativeness, bias illusion of control, dan bias hindsight. Sementara bias kognitif information processing ada bias anchoring (refrence), bias mental accounting, bias framing, dan bias availability.
Untuk bias emosional, di dalamnya ada bias loss aversion, bias overconfidence, bias self control, bias statusquo, bias endownment, dan bias regret aversion.
Adapun implikasi investor mengalami bias behavioral adalah mengalami excessive trading, portofolio terkonsentrasi pada satu atau beberapa saham, alokasi aset yang tidak sesuai dengan tujuan investasi, serta meminjam bunga yang lebih tinggi dari bunga tabungan yang dimiliki.
Baca Juga: Kenaikan harga komoditas menyokong kenaikan IHSG 2,06% pada Rabu (6/10)
Selain itu, return di bawah pasar atau acuan, tidak ada alokasi aset untuk saham atau properti, memandang dan memperlakukan dividen dan capital gain berbeda, herding, dan efek disposisi.
Terkait efek disposisi, hal ini paling banyak dilakukan oleh investor saham di bursa mana pun. Sepengamatan Budi, investor cenderung sell the winners too soon and hold the losers too long.
Mengatasi hal ini, investor memang perlu menentukan batas toleransi kerugian. Di sisi lain, mematok batas atas untuk merealisasikan keuntungan adalah tiga kali lipatnya.
Selanjutnya: IHSG punya kans menguat lagi, simak rekomendasi saham untuk perdagangan Kamis (7/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News