Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah diperkirakan berpotensi ke Rp 16.600 per dolar Amerika Serikat (AS) di akhir tahun. Sentimen dari the Fed masih menjadi penekan.
Kamis (6/6), kurs rupiah berhasil menguat 0,15% ke Rp 16.263 per dolar AS dari hari sebelumnya Rp 16.287 per dolar AS. Sebagai catatan level Rp 16.287 merupakan yang terendah sepanjang tahun ini.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, meski menguat rupiah masih akan tertekan. Prediksi ini mempertimbangkan tren pergerakan rupiah yang melemah sejak awal tahun.
Berdasarkan Bloomberg, pada akhir tahun 2023 rupiah berada di level paling kuat di Rp 15.399 per dolar AS. Dus, rupiah telah melemah 5,61% YtD.
Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Menguat 0,02% ke Rp 16.279 Per Dolar AS Pada Kamis (6/6)
Lukman menyebut, pelemahan rupiah karena memang fundamentalnya yang kurang baik. "Cadangan devisa yang terus menurun di tahun ini dan defisit neraca transaksi berjalan serta data perdagangan yang masih belum baik," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (6/6).
Memang, Bank Indonesia (BI) telah berupaya dengan melakukan intervensi. Namun, ia menilai kenaikan suku bunga satu kali belum cukup untuk menarik investor.
Di sisi lain, intervensi yang dilakukan BI juga memberikan efek untuk menjaga rupiah tertekan lebih jauh. "Tanpa intervensi BI maka rupiah berpotensi ke Rp 17.000 per dolar AS," sambungnya.
Pada semester II, pemangkasan suku bunga oleh the Fed sebesar 25 bps. Lukman berpandangan bahwa pemangkasan tersebut tidak akan memberikan efek besar terhadap rupiah, mengingat prospek pemangkasan suku bunga the Fed telah turun jauh dari sekitar 125bps menjadi 25-35bps saat ini, sehingga ada gap.
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Menguat 0,15% ke Rp 16.263 Per Dolar AS Pada Kamis (6/6)
"Jadi market sudah priced in 25-35bps, kecuali pemangkasan 50bps baru bisa memberikan dukungan yang berarti pada rupiah," sebutnya.
Adapun sentimen utama di semester kedua yang berpotensi masih menekan rupiah berasal dari perubahan suku bunga Federal Reserve. Adapun sentimen pendukungnya dari stimulus ekonomi dari pemerintah China untuk mendongkrak ekonominya.
Lukman memproyeksikan di semester I rupiah bergerak di rentang Rp 16.000 per dolar AS-Rp 16.400 per dolar AS. Sementara di semester II rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.400 per dolar AS-Rp 16.600 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News