Reporter: Agustinus Beo Da Costa, Sandy Baskoro | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pasar modal domestik nampaknya belum aman dari guncangan. Pada Rabu (23/9), Indeks Harga Saham Gabungan anjlok 2,29% menuju level 4.244,43.
Para pemodal asing terus menarik keluar dananya dari pasar modal. Sejak awal tahun hingga Rabu lalu, asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) senilai Rp 12,11 triliun di Bursa Efek Indonesia.
Sejumlah analis melihat, peluang IHSG terperosok tajam masih terbuka lebar. Sebab, kondisi domestik dan global cenderung labil. Dari dalam negeri, salah satu faktor penentu arah IHSG adalah nilai tukar rupiah.
Di pasar spot, kemarin (24/9), nilai rupiah terhadap dollar AS di level Rp 14.684 per dollar AS. Ini adalah posisi terburuk rupiah sejak 17 tahun terakhir.
Kepala Riset BNI Securities, Norico Gaman memprediksi, IHSG bisa anjlok ke bawah 4.000. Proyeksi itu terjadi dengan asumsi pemerintah dan bank sentral tak mampu menjaga rupiah sehingga menembus Rp 15.00 per dollar AS.
Pemerintah harus bisa membangkitkan kepercayaan pasar bahwa perekonomian Indonesia tidak ikut tersungkur pelemahan ekonomi global. "Pemerintah harus bisa menjaga jumlah cadangan devisa. Meski ekspor kurang, pemerintah bisa mengurangi utang dan minta eksportir memarkir dananya di dalam negeri," kata Norico.
Selain rupiah, nasib IHSG akan tergantung langkah Bank Sentral AS menetapkan suku bunga acuan (The Fed rate). "Selama belum ada kepastian mengenai suku bunga The Fed, IHSG masih akan bermasalah," tandas Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo.
Sebenarnya IHSG belum kehabisan sentimen positif. Misal, ada rencana pemerintah menggenjot belanja infrastruktur. Namun, Satrio menilai pengaruh belanja infrastruktur akan terasa dalam jangka menengah dan jangka panjang.
Sedang investor saham, Ellen May menilai, perhelatan Pilkada secara serentak pada akhir tahun nanti berpotensi menggerakkan perekonomian daerah dan berefek ke pasar modal. Komisi Pemilihan Umum mencatat, 810 pasangan calon pemimpin daerah siap berlaga di Pilkada serentak.
Dengan asumsi satu pasang calon membelanjakan dana Rp 100 miliar, kata Ellen, potensi belanja selama proses Pilkada serentak capai Rp 81 triliun. "Ini bisa menggerakkan ekonomi dan berpengaruh ke pasar modal," kata dia.
Satrio memperkirakan level support IHSG hingga akhir tahun ini di 3.900-4.000. Sedangkan Ellen memprediksi resistance IHSG di akhir tahun bisa naik ke 4.500, tapi sulit menembus 5.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News