Reporter: Olfi Fitri Hasanah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pascalibur panjang Lebaran, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) diwarnai tren kenaikan pada perdagangan Senin (3/7).
Secara keseluruhan, kenaikan tingkat imbal hasil berkisar antara 1-9 basis points (bps). Misalnya saja, SUN dengan tenor pendek 1-4 tahun mengalami kenaikan antara 1 sampai 6 bps. Angka tersebut diikuti penurunan harga berkisar 20 bps.
Lalu, imbal hasil SUN dengan tenor 5 tahun naik sebesar 6,5 bps menjadi 6,69% diiringi dengan penurunan harga hingga sebesar 26,5 bps.
Selanjutnya, imbal hasil SUN tenor 10 tahun pun mengikuti tren kenaikan sebesar 4,5 bps bertengger di 6,84% dengan penurunan harga sebesar 33 bps.
Lalu, imbal hasil tenor 15 tahun turut naik sebesar 6 bps menjadi 7,41% diikuti merosotnya harga mencapai 55,5 bps.
Sementara, imbal hasil tenor 20 tahun naik 8,5 bps di level 7,61% dengan penyusutan harga 88,5 bps.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menjelaskan, cukup besarnya kenaikan imbal hasil SUN yang mendorong penurunan harga disebabkan aksi ambil untung (profit taking) oleh investor.
“Kenaikan imbal hasil US Treasury selama sepekan terakhir pun mendorong kenaikan imbal hasil SUN di perdagangan kemarin,” ujarnya kepada KONTAN, Selasa (4/7).
Kendati demikain, volume perdagangan SUN terbilang cukup tinggi yang tercatat sebesar Rp 12,9 triliun. Made menjabarkan, volume yang tercatat berasal dari 45 seri SUN yang diperdagangkan. Dari jumlah tersebut, Rp 5,32 triliun merupakan perdagangan seri acuan.
Ia menyebutkan, obligasi seri FR0059 membekukan volume perdagangan sebesar Rp 2,07 triliun dari 60 kali transaksi. Harga rata-rata seri tersebut adalah 100,85%. Lalu, obligasi seri FR0072 sebesar Rp 1,6 triliun dari 98 kali transaksi di harga rata-rata 106,61%.
“Sejalan, volume perdagangan obligasi korporasi pun mengalami peningkatan, dengan total Rp 1,3 triliun dari 31 seri,” paparnya.
Berdasarkan pengamatannya, obligasi Berkelanjutan IV SMF Tahap I Tahun 2017 Seri A (SMFP04ACN3) merupakan volume yang terbesar dengan jumlah Rp 248 miliar dari 10 kali transaksi. Harga rata-rata obligasi ini yaitu 100%.
Diikuti dengan Obligasi Berkelanjutan I Tiphone Tahap III Tahun 2017 Seri A (TELE01ACN3) senilai Rp 192 miliar dari 9 kali transaksi dengan harga rata-rata 100,2%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News