kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

AUTO akan rights issue Rp 3,1 triliun


Selasa, 19 Maret 2013 / 06:16 WIB
AUTO akan rights issue Rp 3,1 triliun
ILUSTRASI. Kebutuhan LPG. KONTAN/Baihaki/08/03/2021


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Anak usaha PT Astra International Tbk, PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) berencana melakukan penawaran umum terbatas dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue, bulan depan. Dari aksi tersebut AUTO menargetkan dana Rp 3,1 triliun.

AUTO akan menerbitkan 1,4 miliar saham baru setara 36,3% jumlah modal disetor dan ditempatkan. AUTO mematok harga penawaran di kisaran Rp 2.200 - Rp 3.400 per saham. Harga itu di bawah harga pasar AUTO saat ini. Kemarin, harga saham AUTO turun 2,42% ke posisi Rp 4.025 per saham.

Dalam rights issue itu, setiap 100 pemegang saham lama berhak mengeksekusi 20 saham - 40 saham baru. Namun, bagi pemegang saham lama yang tidak mengeksekusi haknya, kepemilikan saham bisa terdilusi hingga 26,64%.

Saat ini, pemegang saham AUTO adalah PT Astra Internastional Tbk (ASII) sebanyak 95,65%, dan pemegang saham publik sebesar 4,35%.
Robby Sani, Direktur AUTO menjelaskan, rights issue ini dilakukan sesuai mekanisme pasar biasa. Namun, AUTO menyiapkan pembeli siaga yang akan membeli saham baru AUTO. "Standby buyer tak lain ASII yang akan siaga kalau pasar tidak menyerap," jelas Robby kepada KONTAN, Senin (18/3).

Meski, jumlah saham bertambah, namun setelah rights issue ini, diperkirakan tidak ada perubahan persentase pemegang saham. Jika saham baru ini diserap seluruhnya oleh pembeli siaga, kepemilikan publik di AUTO akan menyusut menjadi 3,19%.

Nah, AUTO akan memakai 74% dana hasil rights issue untuk membayar lebih awal sebagian pinjaman bank. Selebihnya untuk mengembangkan usaha dalam bentuk penyertaan modal dan pemberian pinjaman kepada anak usaha.

Berdasarkan laporan keuangan AUTO per 31 Desember 2012, kewajiban utang AUTO mencapai Rp 1,64 triliun. "Pembayaran utang ini bukan dalam rangka mempercepat pembayaran, hanya untuk memenuhi kewajiban yang sifatnya revolving credit," jelas Robby.

AUTO mendapat beberapa fasilitas kredit investasi dari sejumlah bank. Seperti dari Bank UOB Indonesia, Bank Mizuho, BCA dan Bank OCBC NISP. Saat ini, total fasilitas kredit yang belum cair sebesar Rp 1,18 triliun.

Melanjutkan ekspansi

Manajemen AUTO sendiri akan meminta persetujuan rights issue ke pemegang saham dalam RUPS, 17 April 2013 nanti

Robby bilang, tahun ini, AUTO tetap melanjutkan ekspansi organik dan anorganik. AUTO sudah menyiapkan belanja modal sebesar Rp 2,3 triliun. AUTO juga menganggarkan dana Rp 850 miliar untuk mendirikan perusahaan dan menggabungkan beberapa usaha baru. "Kalau memungkinkan akan merger dan akuisisi di tahun ini," ujar dia.

Asal tahu saja, belum lama ini, AUTO mengakuisisi 51% saham PT Pakoakuina, yang bergerak di industri wheel rim untuk motor dan mobil.
Analis Remax Capital, Lucky Bayu Purnomo berpendapat, pembayaran utang itu cukup baik untuk AUTO dalam jangka panjang. Dia juga menilai, harga rights issue sudah sesuai dengan harga pasar wajar (fair value).

Namun dampaknya, harga AUTO dapat tertekan ke bawah mendekati harga tertinggi rights issue yaitu Rp 3.400 per saham. "Ini karena IHSG juga rawan koreksi. Dengan harga ini, rights issue optimis akan diserap pasar," jelas Lucky.

Dia menyarankan, investor tidak trading sebelum eksekusi rights issue dan kembali mengakumulasi saham AUTO setelah rights issue. Atas dasar itu, Lucky menyarankan sell saham AUTO dengan target Rp 3.400 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×