kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AUM Reksadana Lanjut Turun pada November 2022, Begini Prospeknya ke Depan


Jumat, 09 Desember 2022 / 16:36 WIB
AUM Reksadana Lanjut Turun pada November 2022, Begini Prospeknya ke Depan
ILUSTRASI. AUM Reksadana Lanjut Turun pada November 2022, Begini Prospeknya ke Depan


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Dana kelolaan alias asset under management (AUM) industri reksadana berlanjut turun pada November 2022. 

Dengan begitu, penurunan AUM telah terjadi dalam tiga bulan berturut-turut.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), AUM reksadana bulan November 2022 sebesar Rp 515,47 triliun. 

Nilai ini lebih rendah 1,24% dari AUM Oktober 2022 yang sebesar Rp 521,96 triliun. 

Baca Juga: Manajer Investasi Pertebal Kas Sepanjang 2022, Bentuk Antisipasi Global & Redemption

Sementara itu, pada Agustus 2022, AUM reksadana tercatat Rp 544,84 triliun, lalu pada September 2022 Rp 533,92 triliun.

Chief Marketing Officer STAR Asset Management Hanif Mantiq mengatakan, penurunan AUM yang terjadi pada 2022 disebabkan turunnya harga obligasi korporasi dan obligasi pemerintah. 

Hal ini ditambah dengan adanya kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebanyak empat kali berturut-turut sejak Agustus 2022.

Alhasil, suku bunga acuan BI meningkat, dari 3,5% menjadi 5,25%, pada November 2022. 

"Dua faktor tersebut menimbulkan kekhawatiran pada investor sehingga saat ini investor cenderung take profit dulu," kata Hanif saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (9/12).

Baca Juga: Meski Aset Kelolaan Turun, Sejumlah Manajer Investasi Masih Jadi Jawara Aset Terbesar

Aksi ambil keuntungan ini terutama terjadi pada reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, dan reksadana terproteksi. 

Berdasarkan data OJK, AUM reksadana pasar uang pada November 2022 turun 3,12% month-to-month (mom) menjadi Rp 94,03 triliun. 

Lalu reksadana pendapatan tetap turun 1,4% menjadi Rp 142,55 triliun, dan reksadana terproteksi turun 3,57% ke Rp 98,02 triliun.

Menurut Hanif, dengan adanya penurunan tersebut, saat ini investor cenderung menahan diri untuk berinvestasi di reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap.

Dapat dikatakan bahwa industri reksadana saat ini tengah konsolidasi.

Meskipun begitu, Hanif melihat, prospek reksadana akan semakin membaik. Hal ini sejalan dengan berkurangnya tekanan jual asing di pasar obligasi sehingga perlahan-lahan akan naik kembali.

"Para investor diyakini akan kembali berinvestasi reksadana di bulan Desember 2022 dan awal tahun 2023," ucap Hanif.

Baca Juga: Dana Kelolaan Reksadana Susut Lagi Rp 11,96 Triliun di Bulan Oktober 2022, Mengapa?

Hanif menilai, investor akan lebih percaya diri untuk masuk ke reksadana apabila pertumbuhan ekonomi positif, inflasi mulai terkendali, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat stabil. 

Reksadana pasar uang akan naik kembali seiring dengan kenaikan deposito perbankan.

Lalu, reksadana pendapatan tetap akan kembali naik seiring dengan reborn-nya harga obligasi. Selanjutnya, pada reksadana saham telihat akan meningkat apabila pendapatan dan laba perusahaan positif pada tahun 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×