Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sejak awal tahun 2016, investor luar negeri terus memperbesar alokasi dana pada Surat Utang Negara (SUN).
Mengacu data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 28 April 2016, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 624,95 triliun.
Nilai tersebut mematahkan rekor kepemilikan asing tertinggi di SBN pada 26 April 2016 lalu sebanyak Rp 624,92 triliun. Bahkan angka kepemilikan asing tersebut melonjak Rp 66,43 triliun dibandingkan akhir tahun lalu. Walhasil, porsi asing kian menggemuk dari 38,21% menjadi 38,78%.
Analis PT Capital Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, wajar bila mayoritas dana investor asing parkir pada SUN. Sebab, harga SUN kini semakin melonjak.
Jika di akhir tahun 2015, rata-rata harga SUN tenor panjang di bawah par 100. Contohnya, harga SUN seri acuan tenor 11 tahun, kala itu tercatat 97,81% dengan yield 8,69%. Kini harganya malah sudah melewati par 100.
Alhasil, investor asing tergoda dengan potensi kenaikan harga (capital gain). Di kala pasar obligasi bullish, jenis SUN yang paling menguntungkan bertenor panjang, karena bakal mendulang capital gain lebih besar ketimbang obligasi negara bertempo singkat.
“Ini mengindikasikan investor asing optimistis dengan prospek jangka panjang Indonesia,” tuturnya.
Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo berujar, sejak awal tahu, pasar obligasi domestik memang cenderung menghijau. Tercermin pada masuknya aliran dana asing sebanyak Rp 66,43 triliun (ytd).
Salah satu pemicu adalah aksi Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan (BI rate) sebanyak tiga kali, dengan total nilai 75 bps menjadi 6,75%.
Belum lagi inflasi dalam negeri juga terjaga di level rendah. Dan terakhir adalah sentimen dari kinerja mata uang Garuda di hadapan dollar Amerika Serikat (AS) yang terus menguat hingga level Rp 13.100 – Rp 13.200.
Walaupun begitu, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk Rully Arya Wisnubroto menegaskan, pasar dalam negeri jangan terlalu terbuai. Sejatinya dominasi investor asing di dalam pasar SUN seperti pedang bermata dua.
Di satu sisi, aliran dana asing yang masuk turut berkontribusi terhadap penguatan rupiah. Namun, di sisi lain, pasar Indonesia menjadi rentan terhadap gejolak luar negeri.
Rully menduga, hingga semester I tahun 2016 ini, mata uang Garuda akan bergulir dalam rentang Rp 13.300 - Rp 13.500 per dollar Amerika Serikat (AS). Maklum, ada beberapa tantangan eksternal yang patut dicermati.
Semisal perlambatan ekonomi Tiongkok serta risiko keluarnya Inggris dari Uni Eropa. "Ada risiko Brexit. Lalu rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS alias The Fed masih jadi tantangan, meski sepertinya belum dalam waktu dekat," tuturnya.
Seri surat utang terpopuler diperkirakan masih dipegang oleh FR0056. Beben memproyeksikan, hingga pengujung tahun 2016 ini, yield FR0056 bergulir pada rentang 7,2% - 10,2%.
Desmon menduga, yield FR0056 hingga akhir tahun 2016 akan mencapai 7,2% - 7,5%. Pada Kamis (28/4), FR0056 diperdagangkan dengan harga 105,58% dengan yield 7,58%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News