kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Asing membuang saham defensif, kemana aliran dana selanjutnya?


Selasa, 29 Desember 2020 / 19:53 WIB
Asing membuang saham defensif, kemana aliran dana selanjutnya?
ILUSTRASI. Sepanjang satu bulan perdagangan, investor asing masih getol melepas posisinya di pasar saham dalam negeri


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang satu bulan perdagangan, investor asing masih getol melepas posisinya di pasar saham dalam negeri. Tercatat, aksi jual bersih (net sell) asing mencapai Rp 5,73 triliun dalam jangka waktu sebulan.

Nah, yang menjadi sasaran dalam aksi jual saham ini adalah saham-saham di sektor yang defensif, seperti saham emiten perbankan, barang konsumsi, hingga telekomunikasi. Melansir data RTI, Selasa (29/12), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi saham yang paling banyak dibuang asing. Emiten pelat merah ini mencatatkan net sell sebesar Rp 1,4 triliun dalam sebulan.

Saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) juga menjadi saham yang paling banyak dilego asing. Nilai net sell yang terjadi di emiten produsen Indomie tersebut mencapai Rp 1,2 triliun. Menyusul ICBP, terdapat saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan net sell asing Rp 1,12 triliun.

Analis Phillip Sekuritas Indonesia Anugerah Zamzami Nasr mengamini, aksi investor asing dalam melego saham-saham defensif sejalan dengan aksi rotasi ke sektor cyclical di tengah siklus initial recovery.

Baca Juga: Menebak arah IHSG di hari terakhir perdagangan 2020

Namun, rotasi ini tidak berarti karena saham defensif kurang berprospek baik. “Tetapi dilihat memang sektor cyclical diekspektasikan lebih outperform di tengah pertumbuhan ekonomi,” ujar Zamzami kepada Kontan.co.id, Selasa (29/12). 

Selain itu, pasar negara berkembang (emerging market) seperti Indonesia juga dipilih karena memiliki banyak sumber daya dan emiten-emiten berbasis komoditas di tengah kenaikan harga komoditas saat ini. Selain itu, ada juga ekspektasi pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang berimbas baik untuk Indonesia.

Baca Juga: IHSG berpotensi menyentuh level 6.820 pada tahun depan

Di tengah aksi investor asing yang melego saham-saham perbankan hingga barang konsumsi, asing justru masuk ke saham-saham berbasis komoditas. Saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) misalnya, mencatatkan net buy senilai Rp 665,4 miliar. Saham berbasis tambang lainnya seperti PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) juga mencatatkan net buy masing-masing Rp219,06 miliar, Rp 124,04 miliar, dan Rp 139,65 miliar.

Saham emiten pertambangan milik Negara, yakni PT Timah Tbk (TINS) juga mencatatkan net buy asing senilai Rp 76,9 miliar dalam satu bulan perdagangan. 

Baca Juga: Menimbang pilihan saham untuk tahun depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×