Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Hengkangnya asing dari aset-aset domestik memicu rupiah keok pada pekan ini. Meski tadi pagi rebound, namun mata uang Garuda tercatat masih melemah dalam seminggu terakhir. Itu artinya, rupiah sudah terdepresiasi selama dua pekan terakhir.
Nilai tukar rupiah terkulai 0,4% pada pekan ini ke level Rp 9.393 per dollar AS hingga pukul 10.04 di Jakarta. Pagi tadi, otot rupiah menguat 0,4%, pasca jatuh ke level terlemah sejak Desember 2009 yaitu, di Rp 9.483 per dollar AS.
Data Kementrian Keuangan menyebutkan, pada bulan ini saja, kepemilikan asing di obligasi pemerintah sudah berkurang Rp 3,22 triliun hingga 21 Mei lalu. Asing juga melepas asetnya dari pasar saham domestik. Pada Mei ini, nilai penjualan asing sudah mencapai US$ 527 juta hingga kemarin.
Kekhawatiran terhadap krisis ekonomi Eropa dan spekulasi Yunani keluar dari blok euro, menjadi pemicu utama rontoknya pasar global.
Gundy Cahyadi, ekonom dari Oversea-Chinese Banking Corp. memprediksi, rupiah masih akan terus tertekan seiring keluarnya dana asing, sebab investor global menghindari risiko. "Bank Indonesia mencoba untuk mengurangi volatilitas rupiah. Tapi, pasar tidak berfungsi dengan sempurna karena tergiring oleh rasa hawatir," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News