Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bergabung dengan arisan konvensional, yakni arisan dengan setoran dan penerimaan berupa uang, merupakan hal yang sudah lazim. Nah, kenapa tidak mencoba bergabung di arisan dengan setoran uang, tetapi penerimaanya barang. Penasaran?
Perencana keuangan independen Money and Love, Freddy Pieloor menjelaskan, arisan uang biasanya mudah habis begitu saja ketika kita menerimanya. "Mengapa tak mencoba arisan barang? Bukan arisan panci, mobil atau kosmetik lho. Logam mulia misalnya. Arisan emas cukup menjanjikan," kata Freddy.
Nah, apa keuntungan arisan barang, khususnya emas?
Pertama, sudah pasti langsung bernilai investasi. "Kalau arisan uang, habis terima biasanya langsung dibelanjakan," kata Freddy. Kalau dalam bentuk barang, seperti emas, biasanya peserta akan menyimpannya baik-baik.
Selain itu, arisan emas lebih adil. Sebab, nilai emas yang jadi objek arisan, naik melebihi inflasi. Itu sebabnya, setorannya ikut bergerak naik sesuai dengan harga emas.
Sedangkan arisan uang, menang pertama lebih untung karena daya beli uangnya masih tinggi. Nah, bagaimana yang mendapat bagian terakhir? Sudah pasti akan lebih banyak terkena dampak inflasi.
Arisan emas pun tak luput dari sisi yang merugikan. Arisan uang setoran perbulannya tetap. Lain halnya dengan arisan emas yang naik turun, karena mengikuti harga emas. Ada kalanya bulan depan kita terpaksa menyetor uang yang lebih tinggi daripada bulan ini.
"Karena harganya yang fluktuatif, setorannya harus dihitung dalam berdasarkan harga per gram saat itu," kata Freddy.
Misalnya, bulan lalu satu gram emas harganya Rp 500 ribu, maka setoran disesuaikan dengan harga itu. Dan bulan ini ternyata harganya ada kenaikan satu gram Rp 550 ribu, maka setorannya disesuaikan dengan harga saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News