Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini, pelaku pasar bersiap menyambut pengumuman kebijakan suku bunga terbaru dari bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) yang dijadwalkan pada Kamis (19/6) mendatang. Konsensus pasar memperkirakan suku bunga acuan masih akan dipertahankan di level 4,5%.
Analis sekaligus VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi menilai apabila keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) tetap dipertahankan, maka akan cenderung direspons moderat oleh pasar karena sesuai ekspektasi di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap harga komoditas energi seiring eskalasi Iran-Israel.
"Keputusan hold kami perkirakan tidak berdampak signifikan terhadap pasar. Ini tercermin dari data spekulasi pasar di CME FedWatch yang menunjukkan 99,9% peluang suku bunga tetap di rentang 4,25%-4,5%," kata Audi kepada Kontan, Selasa (17/6).
Melihat sentimen ini, Audi memproyeksikan level IHSG akan bergerak konsolidasi dalam rentang level 7.100-7.250 dan investor cenderung wait and see.
Sementara, Ekonom Panin Sekuritas Felix Darmawan menyampaikan bahwa respons IHSG akan cenderung netral ke positif terbatas apabila suku bunga AS tetap bertahan di level yang sama. Sebab, pasar saham domestik sudah mulai priced-in dengan ekspektasi tersebut, sehingga penahanannya tidak akan mengejutkan.
Baca Juga: IHSG Ditutup Naik 0,54% ke 7.155,9 Selasa (17/6), Top Gainers LQ45: AMMN, ANTM, BBTN
"Tapi karena IHSG sendiri sedang dalam fase koreksi beberapa hari terakhir, ada peluang teknikal rebound jangka pendek, apalagi jika disertai dengan sentimen positif dari Asia atau arus masuk dana asing," ucap Felix kepada Kontan, Selasa (17/6).
Felix memproyeksikan dalam jangka pendek, support IHSG ada di kisaran 7.100–7.130, sementara resistance di 7.250–7.300. Apabila level 7.100 tembus, bisa ada tekanan ke area 7.000 psikologis.
Adapun Research Analyst PT Henan Putihrai Sekuritas, Irsyady Hanief meyakini keputusan The Fed untuk menahan suku bunga acuan didasari oleh bayang-bayang ketidakpastian ekonomi di AS serta melemahnya nilai dolar AS, yang tercermin dari penurunan Dolar Index dari 109 di awal tahun menjadi 97,7 pada Senin, 16 Juni 2025.
Meskipun inflasi produsen AS pada Mei hanya naik 0,1% month to month (MtM) lebih rendah dari ekspektasi sebesar 0,2% MtM dan klaim pengangguran mingguan stabil di 248.000, The Fed memilih bersikap hati-hati dan belum tergesa menurunkan suku bunga.
"Jika nantinya suku bunga diturunkan, pasar AS diperkirakan akan merespons positif. IHSG berpotensi menguat didorong oleh aliran dana asing ke emerging market," ujar Irsyady kepada Kontan, Selasa (17/6).
Sementara itu, menurut Audi, apabila The Fed mengambil langkah preventif dengan menurunkan suku bunga, hal ini cenderung memberikan sentimen positif bagi IHSG.
Alasannya antara lain, pertama, terjadi pergeseran aset karena capital inflow meningkat, seiring investor asing mencari imbal hasil yang lebih tinggi.
Baca Juga: Ini 3 Saham Bank Blue Chip LQ45 yang Beda Arah saat IHSG Menghijau, Selasa (17/6)
Kedua, terbukanya ruang bagi Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuannya, yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan kredit dan memperkuat daya beli masyarakat.
Senada, Felix menyampaikan apabila The Fed justru menurunkan suku bunga, hal itu akan menjadi kejutan dovish yang signifikan dan berpotensi memicu respons pasar yang sangat positif. Sebab, langkah tersebut akan meredakan tekanan terhadap dolar AS, menurunkan yield obligasi AS, dan mendorong terjadinya rotasi dana ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Rekomendasi Saham Pilihan
Nah, di tengah pengumuman suku bunga AS tersebut, Audi menyarankan investor untuk melirik saham tematik seperti energi dan barang baku. Sebab, sektor tersebut saat ini tengah menarik seiring dengan sentimen suku bunga yang tertahan dan peningkatan ketidakpastian global di tengah eskalasi konflik Iran-Israel.
Audi merekomendasikan untuk trading buy saham ANTM dan INCO di target harga masing-masing Rp 3.850 dan Rp 4.000 per saham, serta speculative buy saham AMMN dengan target harga Rp 8.900 per saham
Sementara, Irsyady memberikan saran kepada para investor untuk mencermati sektor komoditas, khususnya emas dan minyak. Pasalnya, tren kenaikan harga komoditas saat ini menjadi salah satu sentimen positif yang mendukung pergerakan saham.
Dari sisi fundamental, kenaikan harga komoditas berpotensi mendorong peningkatan pendapatan bagi emiten-emiten di sektor terkait.
Irsyady menyarankan untuk buy on weakness saham RAJA dan BRMS di target harga masing-masing Rp 2.950-Rp 3.000 dan Rp 494-Rp 500.
Selanjutnya: Bos Pajak Bawa Kabar Baru Soal Kepastian Aturan PPh Final UMKM pada 2025
Menarik Dibaca: Ada Diskon Tiket Kereta 30%, 952.639 Tiket Sudah Terjual
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News