Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memanasnya geopolitik antara Arab Saudi dan Iran sepertinya semakin menambah katalis penguatan harga minyak. Pasalnya dua negara ini merupakan negara produsen minyak terbesar dari Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).
Jumat (17/5) pukul 12.10 WIB, harga minyak west texas intemediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2019 di New York Mercantile Exchange naik 0,46% ke US$ 63,16 per barel dari harga penutupan kemarin seharga US$ 62,87 per barel.
Selasa (14/5) Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih dalam sebuah pernyataan mengatakan, telah terjadi serangan tak berawak di stasiun pompa mereka. Serangan tersebut meningkatkan ketegangan di Timur Tengah setelah kapal tanker minyak Arab Saudi mengalami sabotase pada akhir pekan lalu. Alhasil, harga minyak kembali terkerek.
Tidak hanya itu, Analis Monex Investindo Futures, Dini Nurhadi Yasyi menilai Amerika Sekitat (AS) juga masih memberikan perlawanan yang membuat ketegangan di Timur Tengah, terutama terhadap Iran yang membuat situasi makin panas.
“Pasar menanti kebijakan baru dari OPEC yang sudah memangkas produksinya mulai dari awal tahun ini sehingga membuat harga minyak mentah naik hingga 30% sepanjang tahun ini,” kata Dini dalam analisisnya, Jumat (17/5).
Ia meramal selama harga minyak bergerak di atas US$ 62,70 per barel, harga minyak masih berpeluang untuk lanjut menguat dengan resistance terdekat di US$ 63,50 per barel. Tembus level tersebut, peluang penguatan selanjutnya mengincar US$ 64,00 per barel.
Dini memprediksi pada perdagangan selanjutnya harga minyak bakal berkutat di level support US$ 62,70, US$ 62,20, dan US$ 61,70 per barel. Sementara level resistance antara US$ 63,50, US$ 64,00, dan US$ 64,50 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News