Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak terus melaju dalam tiga hari perdagangan berturut-turut hingga hari ini. Kamis (16/5) pukul 7.29 WIB, harga minyak west texas intemediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2019 di New York Mercantile Exchange naik 0,68% ke US$ 62,44 per barel dari harga penutupan kemarin.
Dalam tiga hari perdagangan, harga minyak WTI naik 2,29%. Sedangkan pada periode yang sama, harga minyak brent untuk pengiriman Juli 2019 di ICE Futures menguat 2,86%.
Hari ini, harga minyak brent berada di US$ 72,24 per barel. Dalam sehari, harga minyak acuan internasional ini menguat 0,65%.
Kenaikan tensi geopolitik Timur Tengah menjadi salah satu penyulut kenaikan harga minyak. Tensi geopolitik ini mengimbangi laporan persediaan minya mentah AS yan naik.
Kemarin, Energy Information Administration melaporkan bahwa persediaan minyak mentah Amerika Serikat pekan lalu mencapai level tertinggi sejak September 2017. Stok minyak mentah AS naik 5,4 juta barel. Lonjakan ini hampir tujuh kali lipat prediksi analis yang hanya memperkirakan tambahan stok 800.000 barel.
Tapi, kenaikan persediaan ini masih lebih rendah daripada estimasi American Petroleum Institute (API) yang meramalkan kenaikan persediaan 9 juta barel. "Meski persediaan minyak mentah naik lebih besar daripada prediksi pasar karena impor AS yang lebih tinggi, harga minyak masih ditopang oleh dinamika geopolitik Timur Tengah," kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates kepada Reuters.
Harga minyak menanjak sejak Arab Saudi mengatakan bahwa drone menyerang dua stasiun pemompaan minyak, dua hari setelah sabotase tanker minyak di dekat Uni Emirat Arab. "Mengingat hampir sepertiga produksi minyak global dan hampir seluruh kapasitas global berada di Timur Tengah, pasar minyak sangat sensitif terhadap serangan apapun pada infrastruktur minyak di wilayah ini,"ungkap UBS dalam catatan yang dikutip Reuters.
International Energy Agency memperkirakan, global hanya perlu tambahan sedikit produksi minyak dari OPEC tahun ini karena pasokan minyak AS yang melonjak akan menutup penurunan dari Iran dan Venezuela yang terkena sanksi AS. Lembaga energi ini menurunkan prediksi permintaan minyak global sebesar 90.000 barel per hari menjadi 1,3 juta barel per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News