CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Antisipasi emiten saat dollar AS terbang


Senin, 21 November 2016 / 20:16 WIB
Antisipasi emiten saat dollar AS terbang


Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Emiten belum terlihat mengantisipasi terhadap penguatan mata uang dollar AS Serikat (AS) terhadap rupiah. Padahal aktivitas emiten banyak yang menggunakan valuta asing dan mencetak utang dalam dollar AS dalam bertransaksi.

Beberapa analis sepakat menguatnya dollar AS bisa membebani utang perusahaan. Terutama bagi perusahaan yang tidak melakukan hedging mata uang terhadap nilai transaksi yang dilakukan.

Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) Iwan Lukminto mengatakan penguatan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah belum membebani perusahaan secara signifikan.

Pasalnya mayoritas pendapatan perusahaan dari dollar AS, sehingga kondisi saat ini memberi keuntungan dari pihak SRIL. ”Dollar AS naik kondisinya lebih menguntungkan perusahaan,” kata Iwan kepada KONTAN Minggu (20/11).

Selain itu Iwan menjelaskan antisipasi perusahaan yang dilakukan untuk mengatasi fluktuasi kurs, dengan melakukan natural hedge. Saat ini pendapatan perusahaan dalam dollar AS sebesar 60% dari total.

Jadi saat dollar AS menguat tentu menguntungkan perusahaan. Namun masih ada unsur Rupiah dalam pendapatan perusahaan sehingga saat rupiah menguat perusahaan masih keuntungan kurs.

Berbeda dengan SRIL, PT Indosat Tbk (ISAT) Sudah melakukan proteksi terhadap transaksi dalam valuasi asing yang dilakukan, khususnya dalam nilai utang. Direktur ISAT Alexander Rusli mengatakan kinerja perusahaannya masih belum terpengaruh kondisi kurs saat ini.

Pasalnya saat ini utang dalam dollar ISAT sudah berkurang menjadi 12% hingga kuartal III dari tiga tahun lalu yang masih berada di angka 30%. "Proteksi pastinya ada seperti hedging kurs, tapi sekarang nilainya tidak terlalu besar dari tiga tahun lalu," kata Alex, Senin (21/11).

Namun ia enggan membeberkan di level kurs berapa utang-utang dalam dollar yang di hedging. Karena jangka waktu utang-utang yang berbeda sehingga berbeda pula, hitungan acuan kursnya. Asal tahu saja, porsi utang dalam dollar ISAT sudah berkurang 63,1% menjadi US$ 186,4 juta dari US$ 505,6 juta.

Sekretaris Perusahaan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) Adib Ubaidillah juga mengaku tidak terbebani dengan adanya fluktuasi kurs. Bahkan perusahaan menorehkan untung saat kurs dollar AS sedang meningkat.

”Untuk transaksi ekspor kita juga surplus yang dalam dollar AS,” kata Adib kepada KONTAN (21/11).

Adib menjelaskan PTBA sebetulnya lebih banyak melakukan transaksi dalam Rupiah, karena Impor perusahaan tidak terlalu banyak.

Sementara Sekretaris Jenderal Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Isaka Yoga mengatakan memang secara teoritis penguatan nilai dollar akan menekan transaksi yang masuk dalam beban seperti bahan baku dan utang.

Rupiah melemah otomatis nilai utang dalam dollar perusahaan juga akan bertambah. “Kalau mau aman ya hedging karena kurs selalu berfluktuasi,” kata Isaka kepada KONTAN.

Namun dia mengatakan kondisi saat ini belum tentu melakukan hedging, karena tergantung dari manajemen perusahaan masing-masing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×