Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto
Dalam menghadapi tantangan volatilitas harga komoditas global, ANTM berfokus pada upaya penurunan biaya tunai produksi serta implementasi kebijakan strategis terkait inisiatif efisiensi biaya yang tepat dan optimal.
Melalui langkah ini, biaya tunai feronikel unaudited konstituen Indeks Kompas100 ini sepanjang sembilan bulan pertama 2020 tercatat sebesar US$3,34 per pon nikel. Realisasi tersebut mengukuhkan posisi ANTM sebagai bagian dari kelompok produsen feronikel global berbiaya rendah.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu menilai, ANTM memiliki keunggulan tersendiri karena memiliki dua komoditas yang saat ini sedang dalam fase uptrend, yaitu emas dan nikel.
Prospek ANTM semakin cerah dengan adanya wacana pembentukan Holding Indonesia Battery, yang merupakan hasil kerja sama dengan beberapa perusahaan milik negara, seperti PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Menurut Dessy, wacana tersebut sangat memberikan sentimen positif bagi ANTM terlebih untuk menyalurkan produksi nickel ore yang ekspornya telah dilarang per 1 Januari 2020.
Baca Juga: Aneka Tambang (ANTM) akan bawa unit bisnis logam mulia IPO ke bursa efek
“Kami menilai positif berita ini dan berharap kepastian nilai proyek seperti feasibility study serta groundbreaking pada tahun depan sehingga dapat mendorong performa ANTM secara keseluruhan,” ujar Dessy, kepada Kontan.co.id, Rabu (21/10)
ANTM pun masih memiliki pasokan bijih nikel yang melimpah. hingga tahun 2019, tercatat posisi cadangan bijih nikel ANTM sebesar 353,74 juta wmt dengan sumber daya bijih nikel mencapai sebesar 1,36 miliar wmt.
Kunto mengatakan, potensi cadangan dan sumber daya mineral nikel tersebut menjadi salah satu kekuatan ANTM dalam pengembangan skala bisnis melalui hilirisasi mineral nikel guna menciptakan nilai tambah produk nikel ANTM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News