Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 2,78% ke level 5.006,22. Sejak awal tahun atau secara year-to-date, IHSG telah melemah 20,53%.
Bila disandingkan dengan sejumlah indeks di Asia Pasifik, IHSG menjadi indeks dengan kinerja terburuk ketiga. Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks dengan kinerja terburuk urutan pertama adalah Philippine Stock Exchange Indeks (PSEi) milik Filipina dengan pertumbuhan -26,86%. Sementara di urutan kedua, merupakan indeks milik negeri Singa yakni Strait Times Index (STI) yang melemah 23,03% sejak awal tahun.
Baca Juga: Reksadana saham moncer, reksadana pendapatan tetap masih jadi pilihan paling menarik
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai, masuknya IHSG ke dalam jajaran indeks berkinerja terburuk di Asia Pasifik tidak terlepas dari aksi jual (capital outflow) yang terjadi sejak awal tahun. Melansir RTI, aksi jual bersih yang dilakukan oleh investor asing mencapai Rp 37,5 triliun di pasar regular sementara di semua pasar jumlahnya mencapai Rp 21,01 triliun.
“Hal ini tentunya efek dari pandemi Covid-19 yang melanda secara global dan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi se-Asia Tenggara serta implementasi dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Indonesia,” ujar Herditya.
Ke depan, Herditya memperkirakan pergerakan IHSG dan bursa-bursa regional masih sangat bergantung dari bagaimana penanganan Covid-19. Khusus untuk IHSG, pergerakan indeks domestik juga akan ditentukan oleh pengumuman produk domestik bruto (PDB) yang akan diumumkan pada 5 Agustus 2020.
Baca Juga: Saham-saham yang diborong asing bisa ikut dilirik
Aria Santoso, Presiden Direktur CSA Institute mengatakan, status resesi yang terjadi di berbagai negara Asia berimbas pada sentimen regional yang menambah pesimisme di pasar. Namun Aria menilai, Indonesia saat ini masih berusaha untuk mempertahankan pertumbuhan di kuartal ketiga agar mencegah status resesi.
Senada, Aria menilai faktor sentimen yang memengaruhi IHSG adalah perkembangan penanggulangan pandemi Covid-19. Selain itu, stimulus yang diberikan oleh berbagai negara besar serta ketegangan geopolitik di regional Asia juga akan menyetir arah IHSG ke depan.
Aria menilai, pemotongan suku bunga BI juga menjadi sentimen penggerak IHSG. Dengan menimbang kondisi saat ini, BI masih mempunyai ruang untuk menurunkan suku bunga acuan lebih rendah dari 4%.
Baca Juga: IHSG turun, investor bisa menadah saham-saham yang dijual asing
Aria juga memperingatkan adanya potensi aksi jual yang terjadi di Agustus ini. Laporan keuangan emiten di kuartal kedua memang belum sepenuhnya keluar di akhir Juli sebagaimana biasanya karena adanya pelonggaran batas waktu penyampaian laporan keuangan sampai dengan 30 Agustus 2020.
“Oleh karena itu, dampak aksi jual kemungkinan memang berpengaruh di pergerakan IHSG bulan Agustus, namun tidak akan sehebat di akhir Maret 2020 karena sudah diantisipasi oleh para investor,” ujar dia.
Baca Juga: IHSG merosot 2,78% ke 5.006, dua saham BUMN dilepas asing pada Senin (3/8)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News