Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manajemen PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) berupaya mencari cara keluar dari belitan utang. Maklum, April 2018, utang obligasi senilai Rp 900 miliar akan jatuh tempo.
Semakin mendekati masa jatuh tempo utang, plus belum tuntasnya kasus beras yang menimpa anak usahanya, sejumlah spekulasi hot kian bertiup kencang. Misalnya, perusahaan ini dikabarkan sedang menggodok sejumlah skenario untuk menggalang dana senilai total Rp 4 triliun.
Sejumlah kabar skenario yang sampai Kontan.co.id, misalnya, pertama, AISA akan melanjutkan rencana divestasi bisnis beras. Perusahaan ini mengincar dana sekitar Rp 2,4 triliun melalui divestasi ini. Kedua, AISA akan mencairkan pinjaman perbankan dan menerbitkan saham baru.
Sumber Kontan.co.id yang mengetahui rencana ini menyebut, AISA mengantongi beberapa nama calon investor strategis divestasi bisnis beras. "Termasuk Bulog dan mantan jenderal yang sekarang aktif di bidang pertanian," ujar sumber yang enggan disebut namanya kepada Kontan.co.id, belum lama ini.
Menurut sumber tersebut, Bulog dijajaki untuk menguasai minimal 20% saham divestasi aset beras AISA. Bulog akan menjadi mitra strategis karena bisa menjamin ketersediaan suplai gabah.
Semua rencana itu ditargetkan tuntas dalam waktu dekat. "Akan dituntaskan semua Maret," imbuh sumber tersebut, pekan lalu.
Beragam spekulasi
Namun Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti menepis kabar itu. "Kami belum ada rencana mengambil alih," ujarnya kepada Kontan.co.id.
Di lain kesempatan, Sekretaris Perusahaan Bulog Siti Kuwati menjelaskan, sebelumnya, Bulog pernah mengakuisisi 70% saham produsen gula PT Gendhis Multi Manis akhir tahun 2016.
Soal ketersediaan beras, Bulog juga terbuka dengan pihak mana pun, mulai penggilingan padi skala kecil, Koperasi Unit Daerah, dan kelompok tani. "Ada juga dari badan usaha yang bergerak di bidang pangan," kata Siti. Namun, Siti menandaskan bahwa penjelasannya bukan sebagai sinyal rencana kerjasama Bulog dengan AISA.
Selain kabar Bulog akan masuk, nama mantan petinggi militer juga disebut-sebut akan dijalin untuk turut ambil bagian dalam rencana divestasi divisi beras AISA.
Pun halnya kabar AISA akan memperoleh kucuran pinjaman Rp 1,4 triliun dari salah satu bank plat merah. Namun, hingga berita ini diturunkan, Kontan.co.id belum mendapat kejelasan terkait dengan sejumlah spekulasi tersebut.
Selain pinjaman, AISA akan mencari tambahan ekuitas. AISA disebut-sebut bakal menerbitkan saham baru dengan target perolehan dana Rp 500 miliar. Saham baru itu akan diambil oleh Grup TPS Food.
Sehingga, total penggalangan dana AISA mencapai
Rp 4,3 triliun. Dana itu akan digunakan untuk melunasi utang Rp 3,3 triliun. Jika dirinci, utang yang akan dibayar merupakan utang bank senilai Rp 1,2 triliun dan utang obligasi senilai Rp 2,1 triliun.
Ihwal obligasi, lagi-lagi kabar yang berembus, Grup Sinarmas sudah memborong sekitar 70% obligasi AISA. Aksi inilah yang menjadi pemicu kabar masuknya Grup Sinarmas ke AISA.
Benarkah? Finance Coordinator AISA Sjambiri Lioe tidak bersedia berkomentar atas aneka spekulasi yang beredar. Sebelumnya, dia mengatakan, proses divestasi masih berlanjut dan mulai mengerucut ke satu calon investor. "Kalau sudah selesai, akan kami informasikan," jelasnya.
Joni Wintarja, analis NH Korindo Sekuritas Indonesia menilai, dengan divestasi bisnis beras, AISA bisa fokus berbisnis manufaktur makanan. "Segmen ini memiliki margin yang lebih tinggi dibanding segmen beras," kata Joni dalam riset 8 Februari 2018.
Joni memprediksi, laba bersih AISA tahun ini hanya sekitar Rp 220 miliar. Tahun depan, laba bersih AISA diharapkan bisa kembali membaik, menjadi Rp 971 miliar.
Dia merekomendasikan hold AISA dengan target harga Rp 550 per saham. Jika AISA berhasil melepas usaha beras, target harganya bisa naik jadi Rp 750 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News