Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada kuartal pertama tahun ini, pasar obligasi pemerintah sangat volatil. Namun, di akhir periode tersebut kinerja obligasi pemerintah mulai beranjak naik. Alhasil, kinerja reksadana pendapatan tetap yang memegang mayoritas obligasi pemerintah sebagai aset investasi, juga ikut membaik.
Salah satunya, reksadana Eastspring IDR Fixed Income Fund besutan PT Eastspring Investments Indonesia yang mencatatkan kinerja positif meski relatif mini pada awal tahun ini.
Berdasarkan data Infovesta Utama secara year to date (ytd) per Jumat (13/4), produk yang memiliki mayoritas aset berupa obligasi pemerintah ini membukukan return 0,70%. Kinerjanya memang lebih rendah dari indeks obligasi pemerintah, yang tercermin dari Infovesta Government Bond Index sebesar 0,93%.
Meski pasar obligasi volatil pada awal tahun ini, namun kinerja pasar obligasi pemerintah pada Maret 2018 naik 0,19%. Sebelumnya, Februari 2018, kinerja pasar obligasi pemerintah stagnan alias hanya naik tipis 0,01%. Membaiknya pasar obligasi membuat imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun naik 5 basis poin dari 6,63% menjadi 6,68%.
Dalam setahun, kinerja Eastspring IDR Fixed Income Fund bahkan mampu mencapai 8,72%. Sebagai perbandingan, rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap pada periode tersebut hanya 6,78%.
Ari Pitojo, CIO Eastspring Investments Indonesia mengatakan, pertimbangan menjadikan obligasi pemerintah sebagai aset investasi terbanyak karena mempertimbangkan likuiditas ketika mengelola reksadana ini.
Per 29 Maret 2018, komposisi alokasi aset reksadana ini sebanyak 90,76% pada obligasi dan 9,24% pada kas dan pasar uang. Namun, Ari tidak bisa merinci seri Surat Utang Negara (SUN) yang menjadi andalan portofolio reksadana yang meluncur pada 16 Maret 2015 ini.
Namun, Ari mengatakan, reksadana ini memiliki obligasi dengan tenor yang beragam atau dinamis. "Komposisi tenor obligasi dalam portofolio berubah mengikuti dinamika pasar," katanya, Senin (9/4).
Dalam memilih obligasi pemerintah, Ari bilang, pihaknya menggunakan metode internal yang secara hati-hati mempertimbangkan semua aspek perusahaan baik dari sisi finansial maupun kualitatif. Selain itu, dalam mengelola reksadana ini, Eastspring fokus menempatkan aset investasi di deposito yang menawarkan tingkat bunga menarik.
Head of Research & Consulting Services Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan, kinerja periode satu tahun Eastspring IDR Fixed Income Fund baik, karena tersokong kinerja obligasi pemerintah pada 2017.
Ari memproyeksikan ke depan, pasar obligasi masih akan fluktuatif. Penyebabnya, pasar khawatir akan kenaikan tingkat suku bunga Amerika Serikat dan pelemahan nilai tukar rupiah. Namun, di sisi lain, pasar obligasi pemerintah masih mendapat katalis positif dari tingkat inflasi yang terkendali di kisaran 3,5%.
Selain itu, tingkat deposito rendah memberikan daya tarik sekaligus kesempatan bagi para investor untuk tetap berinvestasi ke instrumen obligasi. "Kami optimistis pasar obligasi Indonesia masih menarik dan akan kembali membaik ke depannya," kata Ari.
Eastspring Investment Indonesia menetapkan investasi awal reksadana ini sebesar Rp 100.000. Hingga Maret 2018, jumlah dana kelolaan reksadana ini mencapai Rp 6,07 triliun. "AUM tersebut menjadikan reksadana Eastspring IDR Fixed Income Fund sebagai salah satu reksadana pendapatan tetap terbesar di tanah air," kata Ari.
Edbert mengatakan secara umum kinerja obligasi pemerintah masih dalam tren naik. Namun, tak dipungkiri kinerja obligasi pemerintah memang sedang volatil.
Edbert melihat, pada kuartal I 2018, kinerja reksadana ini sempat mencatatkan return lebih tinggi dari indeks obligasi pemerintah pada 18 Januari 2018 sebesar 1,77%. Namun, selanjutnya kinerja berangsur menurun, karena The Fed menaikkan suku bunga acuan.
"Tantangan reksadana yang memegang mayoritas obligasi pemerintah di tahun ini adalah kenaikan suku bunga The Fed, sekarang kinerja reksadana ini memang rebound tapi masih belum bisa mengejar indeks acuan," paparnya.
Sepanjang tahun ini, Edbert memproyeksikan volatilitas pada obligasi pemerintah masih akan terjadi seiring dengan rencana The Fed menaikkan suku bunga acuannya. "Potensi kenaikan masih tetap ada, tetapi fluktuasi untuk tahun ini diperkirakan cukup tinggi," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News