Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sampai akhir sesi I pada Selasa (26/6), berhasil ditutup di zona hijau. IHSG bergerak anomali karena bergerak positif di tengah bursa Asia yang cenderung bergerak negatif.
Analis First Asia Capital David Nathanael Sutyanto mencermati, kembalinya optimisme pasar domestik disinyalir karena adanya berita optimisme China yang meyakini nilai ekspor mereka akan dapat tumbuh hingga 10%. Pertumbuhan ekspor China tentu saja akan mendorong pertumbuhan di sektor riil.
"Sektor tambang, consumer dan infrastruktur berhasil menguat sepanjang sesi pertama," kata David, Selasa (26/6). Untuk paruh akhir perdagangan saham hari ini (26/6), David memperkirakan IHSG sepertinya akan terancam aksi profit taking. Masih terkoreksinya sejumlah bursa di Asia akan menjadi katalis negatif yang berpotensi menggerus indeks.
IHSG akan bergerak menuju support di level 3.830 dengan resistance di kisaran 3.890. "Beberapa saham pilihan yang bisa dicermati investor antara lain PGAS, ENRG, ANTM dan WIKA," imbuh David.
David menyarankan kepada Investor untuk tetap disiplin pada pola trading dan disiplin dalam melakukan posisi jual untuk saham-saham yang telah terkena stop loss. "Jika sudah mencapai target profit, dapat melakukan profit taking," ujarnya.
Menurut David kondisi dan sentimen masih tidak menentu karena investor asing masih melakukan penjualan bersih terhadap beberapa saham seperti ASRI, BUMI dan UNTR. "Selain disiplin dalam pola trading, investor juga disarankan menjada posisi cash yang dimilikinya," tambahnya.
Sementara Analis Reliance Secutritues, Christine Natasya melihat, pada sesi II nanti, indeks diperkirakan akan bergerak flat dengan sedikit menguat pada range 3.835-3.880. Dia meninjau, kenaikan di sesi pertama lebih karena teknikal rebound dengan saham-saham yang menopang indeks seperti ADRO, ANTM, PTBA, dan UNVR.
"Investor sepertinya bermain hati-hati menjelang pertemuan puncak pemimpin Eropa dan masih pesimisnya harapan akan tertopangnya krisis utang Eropa," tuturnya kembali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News