Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proses akuisisi PT Freeport Indonesia memasuki tahapan akhir. Nilai akuisisinya mencapai US$ 3,85 miliar.
Emil Ermindra, Direktur Keuangan PT Timah Tbk (TINS) mengaku tak cemas dengan akuisisi yang harus merogoh kocek hingga miliaran dollar Amerika Serikat (AS) tersebut. Menurutnya, kewajiban pendanaan bukan seolah dilihat dari hasil empat perusahaan dalam holding.
Sumbernya tentu berasal dari pemerintah yang diwakilkan oleh Inalum. Cuma memang, anggota holding lainnya tetap memiliki peran demi meningkatkan kualitas pencarian dana oleh Inalum.
"Peran kami adalah penyediaan dana melalui pembayaran dividen kepada pemerintah, dalam hal ini Inalum," jelas Emil kepada Kontan.co.id, Kamis (12/7).
Analis Kresna Sekuritas Robertus Hardy menilai, pendanaan tidak menjadi isu. "Inalum itu besar," imbuhnya.
Aset per 2016 sebesar US$ 1,62 miliar. Sedangkan ekuitasnya mencapai US$ 1,53 miliar.
Secara umum, pinjaman bisa diperoleh maksimal hingga tiga kali dari nilai ekuitas. Gambaran kasarnya, Inalum punya ruang untuk mencari pinjaman hingga US$ 4,59 miliar.
Itu tahun 2016. Sekarang, jumlahnya kemungkinan meningkat seiring dengan perkembangan bisnis dan pemasukan dari dividen. "Kalau hanya Freeport, masih kebeli," tambah Robertus.
Meski tak memiliki dampak langsung, Robertus masih bullish dengan saham TINS, ANTM dan PTBA. Dia merekomendasikan buy ketiganya karena masih memiliki potensi pertumbuhan kinerja.
Target harganya sebesar Rp 1.500 per saham untuk TINS dan ANTM. Sedang target harga untuk PTBA Rp 5.000 per saham.
Pada penutupan perdagangan Kamis (12/7), saham ketiganya kompak menguat. Kenaikan tertinggi dicatat oleh saham PTBA dengan kenaikan 3,93% ke level Rp 4.230 per saham.
Menyusul di tempat kedua, ada saham ANTAM yang naik 1,78% ke level Rp 860 per saham. Sedang saham TINS naik 0,61% ke level Rp 820 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News