Reporter: Kenia Intan | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama sepekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan 0,84%. Pada penutupan perdagangan Jumat (6/3), IHSG berada di level 5.498,54, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan pekan sebelumnya yang berada di level 5.452,70.
Penguatan yang terjadi pekan ini ditopang oleh IHSG yang memasuki zona hijau selama dua hari berturut-turut. Direktur PT. Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengamati penguatan yang tidak terlepas dari stimulus moneter berbagai bank central dunia.
Baca Juga: Bank Indonesia: Wabah virus corona berpotensi mengganggu prospek ekspor Indonesia
Penyebaran virus corona atau COVID-19 yang cepat mendorong The Fed melakukan pemangkasan suku bunga acuan sebanyak 50 bps dari 1,5% sampai 1,75% menjadi 1,00% sampai 1,25%. Pemangkasan ini dilakukan di luar jadwal rapat tanggal 18 Maret. "Pemotongan suku bunga darurat pertama kali sejak krisis tahun 2008," kata Hans Kwee dalam keterangan yang disampaikan kepada Kontan.co.id, Sabtu (7/3).
Langkah ini diambil The Fed melihat COVID-19 berpotensi memiliki dampak negarif lebih besar dibandingkan perkiraan. Asal tahu saja, yield obligasi Amerika dengan tenor 10 tahun turun ke level 1% (0,9060%), yang merupakan angka terendah di sepanjang sejarah. Penurunan Yield mengindikasikan orang menjual instrumen berisiko dan masuk ke instrumen yang lebih aman seperti Obligasi Amerika di atas 10 tahun.
Selain itu, harga emas yang dianggap save haven juga mengalami penguatan tetapi dolar AS melemah. Pasar saham Wall Street juga mengalami pelemahan tajam, menjadi cerminan pelaku pasar mendapatkan sinyal negatif. .
Adapun pada pertemuan 18 Maret hingga 19 Maret nanti, pelaku pasar masih menanti berbagai stimulus bank central untuk menghadapi perlambatan ekonomi US dan Dunia. Pelaku pasar berharap ada pemotongan bunga kembali.
Baca Juga: Dipakai Buat Bayar Utang dan Intervensi Rupiah, Cadangan Devisa Turun