Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pertama perdagangan Selasa (11/6) ditutup dengan penurunan 122,617 poin atau turun 2,57% ke 4.654,74. Sejumlah analis memperkirakan, IHSG sesi II akan bergerak variatif dan masih dengan kecenderungan melemah.
Analis Indosurya Asset Management Fridian Wirda memperkirakan, IHSG sesi II masih akan mampu rebound dari level terendahnya pagi ini kendati masih belum dapat beranjak dari zona merah. Tekanan jual asing menjadi katalis negatif utama pergerakan IHSG, yang selama pekan ini tidak mengekor pergerakan indeks global maupun regional.
Selain itu, lanjut Fridian, tidak ada sentimen fundamental yang menjadi katalis pendongkrak IHSG untuk sementara waktu, baik dari domestik maupun global. Dari global, misalnya, meski ada dukungan dinaikkannya outlook credit rating AS oleh S&P dari negatif menjadi neutral (peringkat AA), namun hal itu belum dirasa cukup mempengaruhi pergerakan indeks global serta regional.
Belum lagi ditundanya kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dari keputusan sebelumnya di tanggal 7 Juni menjadi tanggal 17 Juni mendatang di tengah kekhawatiran para investor terhadap defisit neraca perdagangan Indonesia yang semakin besar.
"Dengan kondisi fundamental yang masih cenderung bearish, nampaknya investor lebih baik menggunakan strategi trading untuk jangka waktu pendek," kata Fridian pada Selasa (11/6).
Karena itu, Fridian memperkirakan, pergerakan IHGS sesi II akan berada pada rentang support di level 4.625 dan resistance pada posisi 4.725. Untuk saham yang dapat diperhatikan, Fridian merekomendasikan sejumlah saham, yakni: WSKT, MAIN, BMTR, BMRI, TLKM dan SMGR.
Senada, analis dari Universal Broker Indonesia ‪Satrio Utomo mengungkapkan, tekanan jual pemodal asing masih akan besar. Diperkirakan sampai akhir sesi II nanti, jumlah net sell asing akan mencapai lebih dari Rp 1,5 triliun. Hal lain yang menyumbang sentimen negatif adalah juga karena bursa asia yang masih kocar-kacir, dan menunjukkan tren lemah. Menurut Satrio, kacau balaunya bursa regional, mendorong pelemahan IHSG. Jika aksi net sell asing masih belum selesai, maka koreksi IHSG akan semakin dalam.
Lebih lanjut Satrio mengungkapkan, tren tekanan jual asing diperkirakan masih akan berlanjut selama dua sampai tiga hari ke depan. "Sebenarnya koreksi ini cukup baik, jika saja sudah bisa berakhir sebelum akhir pekan. IHSG dapat rebound, jika rekanan jual asing berakhir. Tapi kita tidak tahu kapan hal itu bisa terjadi. Yang perlu diwaspadai adalah jika asing memang berniat untuk menarik dananya, mengingat asing mulai masuk pada Juni tahun 2012 lalu dan hanya akan melakukan aksi tahunan dengan menarik dana Juni tahun 2013 ini. Ini tentu patut diwaspadai," ungkap Satrio.
Satrio memperkirakan rentang support IHSG sesi II akan berada pada posisi support di 4.600-4.650 dan resisten di level 4.730-4.775. "Jika IHSG bisa ditutup di atas 4.730, maka sudah ada sinyal positif. Tapi itu tidak menjamin IHSG esok hari akan bergerak di zona hijau," ucap Satrio.
Untuk saham yang dapat diperhatikan, Satrio merekomendasikan diantaranya saham TLKM, PGAS, UNVR, WIKA, ADHI, BBRI, ASRI dan BSDE. Satrio menyarankan agar investor menunggu pembelian sampai dengan harga saham terkoreksi turun, sebelum melakukan pembelian. "Sekarang wait and see dulu. Tunggu sampai dengan harganya bagus (turun) dulu, sebelum membeli," ungkap Satrio.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News