Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Imbas virus corona (Covid-19), Filipina dan Srilanka menutup perdagangan di bursa saham sejak Senin (16/3). Pada penutupan perdagangan Senin (16/3) indeks saham Filipina (PSEi) turun 31,73% secara year to date (ytd) ke 5.335,37. Kondisi tersebut sejatinya sama dengan kondisi IHSG pada penutupan perdagangan hari ini yang turun 31,25% ytd ke level 4.330,67.
Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menilai, langkah yang diambil Filipina merupakan keputusan yang tepat untuk meredam kepanikan pasar. Dus langkah tersebut bisa ditiru oleh Indonesia.
Pasalnya, saat ini IHSG sudah menunjukkan penurunan yang sangat dalam. Bila dibandingkan level tertingginya yang sempat menyentuh 6.689,29 pada penutupan 19 Februari 2018 silam, IHSG telah turun 35,26%. Level tertinggi tersebut dihitung sejak tahun 1997.
Baca Juga: Penurunan IHSG berpeluang terjadi lagi pada Kamis (19/3)
“Itu dari sisi IHSG. Kalau lihat LQ45 atau IDX30 yang lebih mencerminkan pergerakan pasar, kita dari level tertinggi sudah turun lebih dari 40%. Itu sesuatu yang terakhir kali terjadi 2008, ini sudah titik terendah. Bukan lagi awal krisis tetapi sudah titik terendahnya. Lalu kita juga mengalami semingguan ini auto rejection bawah terus saham-saham ini. Nah itu harus sudah protokolnya ekstrem,” jelas Teguh saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (18/3).
Selain itu, investor asing juga menunjukkan net sell mencapai Rp 8,82 triliun sejak awal tahun. Padahal di periode yang sama tahun lalu asing masih menunjukkan net buy Rp 10 triliun. Jumlah arus keluar yang cukup besar menyebabkan pasar menjadi sepi.
Teguh mengatakan, jumlah tersebut dapat menjadi indikator bahwa tingkat kepercayaan investor asing juga mulai berkurang. Kondisi ini berbeda dengan Amerika Serikat (AS), di mana bank sentral Federal Reserve telah meluncurkan program quantitave easing (QE) US$ 700 miliar yang membuat investor asing masih percaya. Hal ini juga nampak dari penutupan perdagangan Dow Jones Selasa (17/3) yang menguat 5,2% ke level 21.237,38, tapi IHSG tak ikut menguat.
“Di negara-negara berkembang seperti Filipina dan Indonesia, asing sudah tidak percaya lagi saat ini. Kalau nanti kita tidak tahu. Jadi kalau enggak ditutup akan turun terus, saya bilang kemarin level terendah 3.800, ini sebentar lagi. Jadi saya sangat menyarankan ditutup dulu,” jelas Teguh.
Baca Juga: Darurat corona, OJK perpanjang batas penyampaian laporan dan RUPS emiten dua bulan
Bila perdagangan di bursa saham tidak kunjung ditutup maka penurunan IHSG bisa semakin dalam. Hal ini bisa memengaruhi sektor riil, mengingat investor akan banyak kehilangan dana di pasar modal dan tidak bisa memutar dana di sektor riil. Sementara itu apabila pasar ditutup risikonya bisa lebih kecil karena hanya akan memukul sekuritas.
“Risiko seperti itu, kalau turun terus akan kena juga nanti ekonomi makro, bukan cuma pasar modal saja yakni kalau uang investor di situ habis, ya enggak akan jalan usaha riilnya,” imbuh Teguh.
Dus, Teguh menyarankan otoritas untuk melakukan intervensi pasar dengan menutup sementara perdagangan di bursa saham supaya investor bisa melakukan analisa kembali atas portofolionya tanpa harus panik melihat nilai saham yang terus merosot. Dia juga mengatakan penutupan sementara ini tak perlu membutuhkan waktu yang lama, menurutnya waktu satu minggu atau kurang dari itu juga sudah cukup untuk bisa menenangkan pasar.
Baca Juga: IHSG turun 2,83% ke 4.330 pada penutupan perdagangan Rabu (18/3)
“BEI, OJK dan BI bisa muncul menjelaskan penutupannya biasa saja seperti Sabtu-Minggu kalau sudah normal dibuka lagi. Kemudian jelaskan kondisi pasar, jelaskan juga yang dilakukan BEI dan OJK untuk memperbaiki kondisi pasar,” jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News