kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Saham BMRI masih tergolong murah dibandingkan bank besar lainnya


Senin, 11 Oktober 2021 / 16:28 WIB
Analis: Saham BMRI masih tergolong murah dibandingkan bank besar lainnya
ILUSTRASI. Karyawan melintas di dekat layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terkendalinya kasus harian Covid-19 diiringi dengan vaksinasi yang semakin masif membuat sektor perbankan memiliki prospek cerah. Terlebih, permintaan kredit telah terlihat meski masih kecil. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan sampai Agustus 2021, kredit perbankan tumbuh sebesar 1,16% year on  year (yoy). Artinya, kelompok Bank umum seperti Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Central Asia, Bank Negara Indonesia, Bank CIMB Niaga, Bank Permata, Bank Danamon, dan Panin Bank bisa diuntungkan.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Setya Ardiastama mengatakan progres vaksinasi dan penanganan pandemi saat ini telah membuka harapan bagi industri perbankan untuk memperbaiki kinerja. 

Ia melihat perbaikan kinerja lebih terdampak signifikan pada BBRI, BBCA dan BMRI. 

“Hal ini seiringan dengan pertumbuhan aset sepanjang tahun berjalan dan juga perbaikan kinerja kredit,” ujar Okie kepada Kontan.co.id pada Senin (11/10). 

 

Selain itu, akselerasi dari bisnis digital yang telah dilakukan oleh bank kelas kakap ini dinilai dapat menopang pertumbuhan margin bank. Dari sisi harga saham, di antara ketiga saham bank besar, ia bilang BMRI perdagangkan lebih murah secara price to book value (PBV). 

Baca Juga: IHSG melemah 0,34% ke 6.459 di perdagangan Senin (11/10), asing beli BBRI, BMRI, TLKM

Untuk target sejauh ini, ia belum banyak melakukan perubahan. Ia memasang target Rp 7.500 per saham untuk BMRI dan Rp 4.350 per saham untuk BBRI. 

Namun untuk, BBCA akan ada perubahan target sahamnya setelah stock split rampung.

Bank Mandiri optimistis mengejar pertumbuhan kredit 6% hingga 7% di sepanjang 2021. Guna mencapai target itu, BMRI fokus pada penajaman bisnis, seperti mengintegrasikan bisnis wholesale dan retail untuk memaksimalkan potensi value chain pada ekosistem nasabah korporasi.

Juga mengakselerasi transformasi digital dengan pengembangan solusi digital, perbaikan proses, modernisasi channel, serta peningkatan kapabilitas core banking. Oleh sebab itu, Bank Mandiri menghadirkan layanan digital ‘single access platform’ yang bertajuk Wholesale Digital Super Platform Kopra by Mandiri. 

“Layanan ini membuat nasabah lebih praktis dan holistik dalam menjalankan aktivitas finansial dan pemantauan transaksi keuangan di Bank Mandiri, efisien dan mudah mengakses informasi produk di Bank Mandiri, serta memberikan kemudahan kontrol, alokasi dan monitoring funding, serta lending di level entitas maupun grup usaha,” tutur Panji Irawan, Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri 

Adapun BRI memperkirakan penyaluran kredit sampai akhir tahun akan semakin membaik. Oleh karena itu, bank pelat merah ini optimistis target pertumbuhan kredit sekitar 6%-7% bisa tercapai. 

Viviana Dyah Ayu Retno, Direktur Keuangan BRI mengatakan, penyaluran kredit BRI memang sempat mengalami tekanan pada bulan Juli ketika pembatasan aktivitas diperketat lewat kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Namun, pada Agustus hingga September, penyaluran kredit BRI sudah kembali membaik. 

"Hasil kuartal III baru akan kami rilis pada  akhir Oktober.  Dengan membaiknya kredit maka sampai akhir tahun diperkirakan tumbuh sekitar 6%-7%," kata Vivi.

Dia menambahkan, kualitas kredit BRI juga terus membaik. Outstanding restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 dalam tren penurunan terutama didorong dari segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). 

Sehingga sampai akhir tahun, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) masih akan berada di level yang sudah ditetapkan perseroan sebelumnya yakni 3,3% -3,5%. Biaya kredit (cost of credit/CoC) pada Juni- Juli masih tinggi yakni di kisaran 3,9%. Namun, BRI memperkirakan ke depan biaya kredit akan melandai. 

Vivi bilang, biaya kredit ditargetkan sekitar 3,5%-3,7% pada akhir tahun. Dari sisi likuiditas, loan to deposit ratio (LDR) BRI juga masih sama  seperti industri terjaga dengan baik terutama setelah BRI mendapatkan dana dari hasil rights issue. Efisiensi biaya dana yang tercemin dari cost of fund pada kuartal III ini menunjukkan penurunan.

Selanjutnya: Ekonom: Bank digital bukan hanya untuk generasi milenial

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×