Reporter: Disa Ayulia Agatha | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kekhawatiran pasar pasca komentar bearish dari orang kedua The Fed memberikan stimulus bagi rupiah untuk menguat kembali di perdagangan Senin (19/11). Berdasarkan Bloomberg, penutupan di pasar spot rupiah berada di level Rp 14.588 per dollar AS atau menguat sebesar 0,16% dari penutupan.
Sama halnya dalam Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) juga menguat tipis sebesar 0,05% ke level Rp 14.586 per dollar AS. Melemahnya indeks dollar kali ini memberikan tenaga baru kepada mata uang emerging lainnya.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede mengatakan rupiah masih berpotensi untuk bergerak menguat dalam pekan ini. “Tadi sempat ke level Rp 14.550 per dollar AS, ini karena dollar cukup tertekan akibat sentimen orang The Fed yang mengatakan kenaikkan suku bunga harus melihat kondisi perekonomian global,” ujar Joshua.
Menurutnya, penguatan kurs rupiah terhadap dollar AS ini disebabkan karena Wakil Gubernur The Fed Richard Clarida menilai perekonomian global mengalami perlambatan akibat isu dalam Eropa dan Tiongkok.
Kenaikkan suku bunga The Fed pun juga akan bergantung pada data ekonomi AS seperti inflasi dan tenaga kerjanya, sehingga pasar mulai berspekulasi kenaikkan suku bunga tidak akan terjadi di akhir tahun.
Sementara, Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong mengatakan, rupiah akan bergerak berada di level yang tidak berbeda jauh di akhir penutupan minggu ini. “Dapat menguat terbatas , tapi juga tergantung indeks dollar yang sewaktu-waktu bisa pulih lagi,” ujar Lukman.
Menurutnya, kebijakan kenaikkan suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin (bps) dapat memberikan kekuatan kepada rupiah hingga akhir tahun. Selain itu, pemerintah juga baru saja merilis paket kebijakan ekonomi jilid XVI yang dinilai sebagai respon pemerintah dalam menanggapi defisit dalam berbagai data perekonomian Indonesia.
Perlu dicatat, defisit transaksi berjalan meningkat menjadi 8,8 miliar dollar AS atau setara 3,37% dari produk domestik bruto (PDB). Sedangkan neraca perdagangan tercatat kembali defisit sebesar 1,82 miliar dollar AS (month to month) atau secara kumulatif Januari-Oktober 2018, defisit perdagangan mencapai 5,51 miliar dollar AS.
Menurut Lukman, rupiah dapat diperdagangkan di level Rp 14.550-Rp 14.670 per dollar AS. Sedangkan Joshua menuturkan data dari AS yang akan rilis minggu ini tidak terlalu signifikan namun tetap ditunggu oleh pasar. Joshua memperkirakan rupiah berada di level Rp 14.525-Rp 14.650 per dollar AS untuk perdagangan Rabu (21/11).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News