Reporter: Rinaldi Mohamad Azka | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kinerja saham-saham sektor tambang seperti PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk (PTBA), lalu PT Indo Tambangraya Megah (ITMG) dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) diproyeksi membaik di 2016. Walau begitu, sektor ini masih akan tertekan sentimen global.
Ibrahim Direktur Utama PT Garuda Berjangka, mengatakan sentimen global memang negatif untuk jangka panjang. Batubara sudah mengalami oversupply sejak 2012, padahal pada 2010 mencapai harga tertingginya. bahkan menurutnya, sangat mungkin batubara mencapai harga lebih rendah dari saat ini di sekitar US$ 58 per metrik ton.
Pelaku pasar pun pesimis harga batubara bisa bangkit karena penggunaan batu bara di China mulai digantikan minyak dan gas. Seperti diketahui, China merupakan produsen sekaligus konsumen batu bara terbesar di dunia.
"China mesti mengurangi emisi karbon dengan memangkas penggunaan batubara pada pembangkit listriknya dari batubara jadi pakai gas atau minyak," papar Ibrahim saat dihubungi KONTAN pada Rabu (2/3) lalu.
Kondisi ini bertambah parah dengan adanya penetapan kenaikan pajak impor batubara di India sebanyak dua kali lipat. India menerapkan prinsip swadesi yang mengutamakan produksi dalam negeri. Kebijakan ini menurut Ibrahim guna menyelamatkan produsen batubara dalam negerinya supaya tidak merugi.
Hal ini jelas membuat pasar internasional komoditas hasil tambang ini kurang prospektif. Manurut Arandi Ariantara, analis Bahana Sekuritas mengatakan sektor pertambangan tertekan peralihan teknologi dan rencana pengurangan emisi global.
"Terutama untuk pasar ekspor batubara indikator harga masih di US$ 50 dan sedikit turun, dari 2015 yang di kisaran US$ 57," ungkapnya.
Emiten tambang harus mulai mengubah haluan pasarnya. PTBA dan ADARO memiliki orientasi ke pasar domestik ditambah lagi sudah mulai mendiversifikasi usahanya ke pembangkit listrik (PLT).
Saat ini PTBA sudah memiliki PLT, selain itu proyek pengadaan pembangkit 35.000 MW juga dapat menguntungkan PTBA. "PTBA ini masih berafiliasi dengan perusahaan listrik negara (PLN), sehingga sangat mungkin mendapat keuntungan proyek 35 giga watt," ungkao Arandi.
Sedangkan, ADARO sudah menyelesaikan proyek pembangkit listrik di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Ini dapat menjadi sentimen positif memperbesar porsi pemasukan domestik yang sebelumnya hanya 22% dari total pemasukan.
Arandi merekomendasikan beli PTBA dengan target harga 7.800 dan beli ADRO dengan target harga 700. Sedangkan, ITMG reduce dengan target harga 4.000.
Stefanus Darmagiri, analis sektor pertambangan Danareksa Sekuritas merekomendasikan beli PTBA dan ADRO, sedangkan tahan untuk ITMG. Target harganya masing-masing 7.800, 750 dan 7.300.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News